Wisata Mata ke Champs Elysees dan Arc de Triomphe Paris
Champs Elysees dan Arc de Triomphe, adalah dua spot wisata populer di kota Paris, Prancis. Overcrowded? iya sih. Tapi saya pengen tau dong kayak gimana bentuk Champs Elysees dan Arc de Triomphe. Apalagi diiming-imingi cerita keindahan Paris dari suami yang pernah duluan ke sana. Saking terkesannya, pak suami punya niat balik lagi ngajak keluarga. Dan cita-cita itupun tersampaikan. Jadilah wisata mata ke Champs Elysees dan Arc de Triomph di Paris diwujudkan. Gak papalah rame-rame ketemu turis dari seluruh dunia. Malah tambah seru.
Arc de Triomphe
Arc de Triomphe menjadi titik awal penjelajahan kami sebelum menyusuri Champ Elysees. Bangunan ini semacam tugu pahlawan kalau di Indonesia. Kalau diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia, Arc de Triomphe berarti monumen kemenangan. Monumen ini ditujukan untuk menghormati mereka yang telah berjuang untuk Prancis, terutama yang turut dalam perang Napoleon. Arc de Triomphe dibangun antara tahun 1806 hingga 1836 atas perintah Kaisar Napoleon Bonaparte. Napoleon ialah seorang jenderal militer yang menobatkan dirinya sebagai kaisar pertama Prancis.
Saking populernya monumen ini, nyaris nggak bisa kita berfoto tanpa ada latar belakang turis lain yang sedang foto juga. Gak mungkin kan kalau kita mau ambil gambar, mesti ngusir pengunjung lain dulu. Bisa-bisa kita yang diusir duluan karena bikin rusuh. Arc de Triomphe berada di tengah bundaran yang sekelilingnya adalah jalur mobil. Mirip sama Bundaran HI di Jakarta. Ada 12 ruas jalan yang terhubung dengan bundaran Arc de Triomphe. Menuju bundaran di tengah jalan ini harus lewat jalur bawah tanah. Nyebrang lewat atas (jalan raya) malah nggak bisa karena sekelilingnya dibatasi pagar.
irisan spot foto foto bersama orang
Awalnya kami bingung, gimana caranya ke tengah-tengah. Mau nyebrang sembarangan kan gak mungkin. Apalagi keliatan banget pagarnya dari seberang. Muter-muter sebentar akhirnya ketemu juga pintu masuk terowongan bawah tanah. Mirip-miriplah sama pintu masuk metro, kereta bawah tanah di Prancis. Sebelum masuk terowongan, kami puas-puasin foto dulu dari spot ini. Soalnya nanti pulangnya belum tentu lewat lagi.
Habis panas-panasan di pinggir jalan, masuk terowongan penyeberangan langsung berasa adem. Ada pendingin udaranya di dalam. Udah gitu terowongannya lega dan ada tempat buat duduk-duduk. Kami manfaatkan waktu buat istirahat dulu sejenak. Nanti menuju Arc de Triomphe harus naik tangga lagi, dan panas-panasan lagi tentunya.
Ketinggian Arc de Triomphe sekitar 50 meter, dengan lebar 45 meter dan ketebalan bangunan 22 meter. Di bagian dalam dan di atas lengkungan, terukir semua nama para jenderal dan perang yang terjadi. Ada juga prasasti di bawah kubah sebagai simbol makam prajurit tidak dikenal pada Perang Dunia I. Waktu kami ke sana, sedang ada upacara yang diikuti oleh para veteran tentara. Karena itu kami tak bisa masuk ke bagian dalam, dan cuma bisa beredar di pelataran saja.
Untuk sampai pelataran ini, masih gratis. Tapi kalau masuk ke dalam kena biaya. Tiket dewasa 8 euro perorang, sedangkan anak-anak hingga berusia 17 tahun gratis. Bagi pelajar usia 18-25 tahun kena charge 5 euro. Sementara rombongan dewasa di atas 20 orang dikenai biaya masing-masing 6,20 euro. Untuk informasi harga tiket masuk lebih update, bisa langsung cek ke website resmi Arc de Triomphe
Salah satu waktu terbaik berkunjung ke sini adalah pada tanggal 14 Juli, yang diperingati sebagai Bastille Day. Ada parade yang dimulai dari monumen ini menyusuri sepanjang jalan Champs Elysees. Sayangnya tanggal segitu kami sudah balik ke Indonesia. Sudah gak bisa geser lagi, karena menyesuaikan dengan waktu cuti dan jadwal ke tempat-tempat lain di Eropa. Giliran dateng tau-tau ada acara yang membuat kita gak bisa masuk juga ke dalam Arc de Triomphe. Padahal kalau lagi dibuka, kita bisa naik hingga bagian atasnya, dan melihat Paris dari ketinggian.
Normalnya, Arc de Triomphe buka dari jam 10 pagi sampai jam 11 malam. Tapi karena pas kami datang lagi ditutup, ya udah, gak lama-lama di sana. Perjalanan berlanjut ke Champs Elysees.
Champs Elysees
Champs Elysees sering dinobatkan sebagai jalan terindah di dunia. Jalur pejalan kakinya luas dengan pepohonan berbaris rapi di sepanjang jalannya. Di tepi Champs Elysees berderet-deret terdapat butik dan toko barang-barang bermerk kelas dunia. Kayak turis yang lain, kami ikutan keluar masuk jajaran tempat belanja. Liat-liat aja dulu, soal belanja nanti urusan belakangan hehehe..
Sebagai pusat mode dunia, kayaknya semua brand fashion kelas atas ada deh di sini. Saya gak bikin daftar satu persatu karena bukan bagian jemaah pemakai barang branded. Champ Elysees terbentang sepanjang 1,9 kilometer mulai dari Arc de Triomphe sampai Place de La Concorde. Lebar jalan ini mencapai 70 meter, termasuk jalur mobilnya.
Orang-orang ke sini untuk belanja atau makan. Ada sejumlah cafe di tepi pedestrian. Sebenernya niat juga sih beli beberapa barang disney, mumpung di sini ada Disney store. Ini adalah salah satu toko yang kami masuki. Tapi begitu udah liat-liat, nggak ada yang cocok di model dan harganya. Lana dan Keano juga gak terlalu antusias liat-liat barangnya. Alhamdulillah, kantong emak masih dilindungi. Mungkin nurunin mama papanya, anak-anak gak terlalu suka belanja atau bebelian ini itu.
Etapi ada satu barang yang sempet dibeli di Champs Elysees. Topi buat suami. Itupun barang diskonan. Tapi gak apa-apalah, yang penting produk branded dan beli di Champs Elysees hehe..
Tengah hari di musim panas, saat kami ke Champs Elysees, jumlah pengunjung belum pada puncaknya. Rame, tapi nggak padat banget begitulah kira-kira. Biasanya kalau matahari sudah agak berkurang gaharnya, barulah nambah banyak orang ke sini. Buat penggila belanja, jalan ini sih kayak surga dunia. Apalagi kalau gak terbatas budgetnya. Whoaaa.. siapa juga yang gak suka. Recommended buat ke sini.
Nah, kalau bosen dengan nuansa pertokoan, bolehlah melipir ke taman. Yes, deket situ ada taman kota. Bisa sejenak bersantai diantara rimbunnya pepohonan.
Di taman kami istirahat sambil jajan. Beli crepes, sandwich dan es krim. Yang jualan penampakannya kayak orang timur tengah. Plus saya juga kerudungan. Gak butuh banyak jelasin kalau kami perlu makanan dan minuman halal. Musim panas di Prancis suasananya sama kayak Jakarta. Gerah dan bikin keringetan. Makanya mesti bawa bekal tumbler isi air putih ke mana-mana. Sementara cuaca kayak gini bikin Lana dan Keano punya alasan untuk sering-sering minta beli es krim kapan saja.
Place de la Concorde
Perjalanan wisata mata ini berujung di Place de La Concorde. Ini salah satu ruang publik utama dan terbesar di Paris. Buat gerombolan turis, tempat ini sering dijadikan meeting point. Lokasinya strategis di tengah kota dan gampang dicapai dari mana-mana. Yang paling penting, deket banget sama pusat belanja Champ Elysees.
Sebagai keluarga biasa-biasa aja, bukan sekelas sosialita, alhamdulillah bisa wisata mata ke Champs Elysees dan Arc de Triomphe di kota Paris, Prancis. Modalnya berasal dari nabung, THR, serta hidup irit dengan selalu membawa bekal dan jarang jajan kalau di kantor hahaha.. Kesampean juga akhirnya liat Paris. Gak percuma nabung dan hidup iritnya.
Dari Champs Elysees, Arc de Triomphe, dan Place de La Concorde, kami juga ke Menara Eiffel dong. Sebuah perjalanan yang mengharukan buat saya. Eiffel itu romantis banget saat senja. Kami piknik di taman, dan menyaksikan lampu berpendar di sekujur menara. Ini yang membuat kami juga gak menghabiskan malam di Arc de Triomphe. Karena harus memilih satu diantara dua.
Ada satu hal yang saya sesali. Impian saya kalau suatu saat ke Paris, bisa tampil lebih modis, anggun, dan elegan seperti imej kota ini. Tapi, impian tinggal impian. Kenyataannya tetep aja tampil kucel saat punya kesempatan ke sana. Pengen rasanya diulang, biar punya foto yang lebih “mewakili” Paris hahaha.. Meski begitu wisata mata ke Champs Elysees dan Arc de Triomphe Paris tetap saya kenang dengan perasaan senang.
megah banget bangunannya ya