Geopark Ciletuh: Wisata Alam Lengkap Bukit, Curug dan Pantai
Bertandang ke Geopark Ciletuh bisa dibilang sebagai wisata alam yang lengkap dengan bukit, curug, dan pantai. Semuanya ini berada dalam satu kawasan yang mudah dicapai. Ada banyak pilihan tempat yang bisa dikunjungi. Dengan perencanaan yang tepat, kita bisa mendatangi bukit pandang, air terjun, dan pantai sekaligus hanya dalam satu hari. Bersyukurlah kalau punya waktu lebih lama lagi. Bakal ada lebih banyak tempat menarik yang bisa dipijak kaki.
Sayangnya kemewahan waktu itu yang tidak kami punya. Kami ke Geopark Ciletuh akhir November 2018. Kunjungan ini merupakan bagian dari rangkaian perjalanan camping di Citalahab-Cikaniki yang berlanjut road trip ke wilayah Sukabumi, Jawa Barat. Sukabumi bagian selatan, tepatnya Geopark Ciletuh yang jadi pilihan. Alasannya sederhana saja, tempat ini belum pernah kami kunjungi dan bikin penasaran.
Total durasi trip camping Citalahab-Cikaniki plus road trip ke Ciletuh adalah 3 hari dua malam. Hari pertama diisi dengan perjalanan dari Depok menuju Citalahab dan Cikaniki yang terletak di kaki Taman Nasional Gunung Halimun Salak. Malam harinya kami camping di lokasi tersebut. Hari kedua diisi dengan trekking singkat ke hutan di taman nasional. Setelahnya, langsung bungkus tenda melanjutkan melanjutkan perjalanan ke arah Sukabumi. Di malam kedua, kami sudah menginap di homestay kawasan Geopark Ciletuh. Hari ketiga diisi dengan menjelajah kawasan geopark, dan sore harinya langsung mengarah pulang ke Depok.
Singkatnya waktu yang kami punya diisi dengan jadwal yang padat. Meski begitu, semua dijalani dengan santai dan tak terburu-buru. Traveling itu harus dinikmati. Apalagi bawa anak yang mobilisasinya saja agak lama. Kalau sudah asyik di satu tempat misalnya perlu waktu untuk membujuk mereka agar mau beranjak. Kasus ini sering kejadian saat mengajak mereka ke pantai. Karena itulah di Geopark Ciletuh, durasi mengunjungi pantai dibuat lebih panjang. Biar Lana dan Keano puas main air. Kalau hati mereka sudah gembira, gak bakal susah diajak blusukan lagi ke mana-mana.
Berikut ini adalah tempat-tempat yang kami jelajahi selama di Geopark Ciletuh, wisata alam lengkap bukit, curug, dan pantai. Kami naik mobil pribadi. Pak suami berada di belakang kemudi. Sementara saya jadi navigator berbekal peta digital dari Google Maps.
Pantai Palangpang
Pagi-pagi, belum mandi dan sikat gigi, kami sudah di Pantai Palangpang. Kalau mau berfoto dengan plang tulisan Geopark Ciletuh besar-besar, di sinilah tempatnya. Pantai Palangpang di pagi hari sudah ramai. Banyak yang camping di sini ternyata. Kalau diteliti lebih seksama, yang camping waktu itu kebanyakan rombongan touring. Ada rombongan touring roda empat, ada rombongan roda dua. Banyak di antaranya membawa keluarga dengan anak kecil.
Sengaja datang ke Pantai Palangpang dengan baju yang siap basah-basahan. Tak lupa bawa handuk untuk mengeringkan badan. Pantai Palangpang bisa dianggap sebagai gerbangnya Geopark Ciletuh. Alamat lengkapnya yaitu di Desa Ciwaru, Kecamatan Ciemas, Sukabumi, Jawa Barat.
Ombak di Pantai Palangpang relatif tenang. Mungkin karena lokasinya yang berada pas di titik utama Teluk Ciletuh. Melepas anak-anak berenang jadinya cukup aman. Lana dan Keano bebas main air di sini. Anak-anak kami termasuk yang lupa diri kalau sudah di pantai. Mama papa-nya tinggal duduk saja mengawasi. Alhamdulillah, gak susah bikin mereka bahagia.
Pasir di Pantai Palangpang berwarna kehitaman. Bentang pantainya panjang dan landai. Asyik buat berendam dan berjemur. Tapi kalau siang, asli panas banget. Belum jam 10 saja perasaan mataharinya sudah bikin silau. Waktu kami ke sana tahun 2018, fasilitas masih seadanya. Kalau mau berteduh bisa di warung-warung sederhana di pinggir pantai.
Biarpun senang road trip dan jalan-jalan blusukan sana sini, untuk urusan mandi saya termasuk pilih-pilih. Kalau gak kepepet banget, malas mandi di kamar mandi umum. Begitupun untuk bilas. Meskipun selama kami traveling banyakan kepepetnya sih hahaha.. Namun untuk di Ciletuh ini, sengaja kami berniat main di pantai tapi bilasnya nanti di homestay ajah. Biar puas mandinya. Sekaligus packing juga dan siap-siap check out.
Tujuan pertama hari ini selesai di checklist. Di pantai Palangpang dari sekitar jam 7 pagi, selesai sekitar jam 10an. Keringkan badan dan ganti baju di mobil, lanjut balik ke homestay untuk bilas dan mandi.
Homestay D’Leuit Exa
Homestay yang kami tempati di Geopark Ciletuh namanya D’Leuit Exa. Baru dapat tempat juga malam-malam semacam goshow. Di perjalanan dari Cikaniki baru cari-cari tempat menginap. Itu pun baru niat banget nyarinya menjelang sore. Saya menelepon penyedia jasa penginapan di Ciletuh yang nomornya ada di internet. Sampai di gerbang kawasan sekitar jam 10 malam kalau tak salah ingat. Orang yang saya kontak sudah menunggu di gerbang kawasan.
Malam itu juga diajaklah keliling beberapa penginapan sampai akhirya jatuh hati sama yang satu ini. Bangunannya masih baru, kamarnya luas lengkap dengan AC. Kamar mandinya pun lega, airnya banyak. Tempat tidurnya cuma satu tapi lebar. Kami tak memesan extra bed. Di mobil ada kasur angin yang selalu dibawa ke mana-mana. Tinggal turunin, jadi deh extra bed gratis.
Biaya menginap di D’Leuit Rp 400.000 permalam (2018). Harga sudah termasuk sarapan untuk dua orang. Waktu menginap di sana, baru ada beberapa kamar saja. Untungnya ada yang kosong. Parkiran di sini juga cukup luas. Yang paling utama, lokasinya di jalan utama Geopark Ciletuh. Alamat lengkapnya di Jl. Cimarinjung KM.44, Ciwaru, Ciemas, Sukabumi, Jawa Barat. Kalau mau ke Pantai Palangpang cuma sekitar 500 meter. Ini juga yang membuat kami ngotot mau mandi di homestay saja selepas main di pantai.
Bukit Panenjoan
Keluar homestay, tujuan pertama adalah Bukit Panenjoan atau dikenal juga dengan sebutan Panenjoan Hill. Letaknya di Jl. Tamanjaya Ciwaru Jalan Cigaok No.4, Panenjoan, Ciemas, Sukabumi, Jawa Barat. Sesuai namanya, panenjoan yang artinya meninjau, dari bukit ini kita bisa meninjau keindahan bentang alam Geopark Ciletuh. Ada sejumlah spot yang disiapkan sebagai menara pandang.
Masuk ke sini gratis. Cuma bayar parkir saja, Rp 5.000 untuk mobil dan Rp 3.000 untuk motor. Setelah itu langsung bisa menjelajah berbagai spot yang bagus untuk berfoto dan dijadikan feed Instagram.
Dari Panenjoan Hill kita bisa menyaksikan lanskap Geopark Ciletuh yang membentuk mega amfiteater. Sebuah dataran terbuka yang luas dikelilingi perbukitan sehingga strukturnya mirip amfiteater. Amfiteater sebenarnya adalah arena pertunjukan terbuka buatan manusia yang biasanya menampilkan pentas hiburan atau seni. Istilah amfiteater berasal dari Bahasa Yunani yang berarti menonton pertunjukkan. Di masa lalu, masyarakat kuno Yunani membangun amfiteater untuk menyaksikan pertunjukan drama atau teater. Salah satu amfiteater yang pernah kami kunjungi adalah Theatre of Dionysos di Acropolis, Athena Yunani.
Berbeda dengan amfiteater buatan manusia, mega amfiteater di Geopark Ciletuh terbentuk oleh proses alam selama ribuan tahun. Geopark atau taman bumi adalah sebuah tempat yang memiliki unsur-unsur geologi. Di dalamnya terdapat nilai arkeologi, ekologi serta budaya. Geopark Ciletuh adalah bentang alam warisan masa-masa pembentukan bumi. Struktur menyerupai amfiteater yang dimilikinya adalah sebuah proses alam yang tak semua tempat memilikinya.
Di seluruh dunia ada, ada 147 kawasan yang masuk dalam daftar Unesco Global Geopark. Kawasan ini tersebar di 41 negara. Empat diantaranya ada di Indonesia. Geopark Ciletuh adalah salah satunya. Sementara tiga yang lain adalah Batur Geopark di Bali, Gunung Sewu Geopark di Gunung Kidul-Yogyakarta dan Rinjani Geopark di Lombok, NTB.
Di Bukit Panenjoan ini ada beberapa rumah makan, ada juga vila yang disewakan. Menginap di sini bonusnya adalah pemandangan ciamik amfiteater alam Geopark Ciletuh. Hanya saja lokasi Bukit Panenjoan ini agak melipir dari pusat keramaian wisata Ciletuh yang berada di sekitar Pantai Palangpang.
Wisata Curug
Aktivitas selanjutnya setelah dari Bukit Panenjoan adalah wisata curug. Geopark Ciletuh yang terbentuk oleh aktivitas geologi yang sangat panjang menghasilkan wisata alam yang lengkap dengan bukit, curug dan pantai. Bicara air terjun, ada banyak di sini. Air terjun yang kami kunjungi mempunyai keindahan masing-masing. Berikut tiga curug keren di Ciletuh yang sempat kami datangi.
Curug Awang
Yang pertama kami datangi adalah Curug Awang. Air terjun ini terbentang sepanjang 60 meter dengan ketinggian 40 meter. Tebing yang membentuk Curug Awang memiliki pemandangan ekstrem. Pengunjung harus berhati-hati karena waktu kami ke sana tidak ada pagar yang membatasi tebing ini.
Curug Sodong/ Curug Kembar
Curug selanjutnya adalah Curug Sodong. Lokasinya mendekat ke sekitar Teluk Ciletuh sehingga pengunjung pun lebih ramai. Keindahan Curug Sodong sudah bisa terlihat dari tempat parkir yang tertata rapi di sini. Di bagian atas Curug Sodong tampak Curug Cikanteh. Namun untuk mencapainya kita harus trekking. Sejumlah pemandu bersedia mengantarkan dengan imbalan tentunya. Kami memilih untuk tetap di area Curug Sodong aja. Masih ada tempat lain yang kami kunjungi soalnya.
Curug Cimarinjung
Curug Cimarinjung adalah air terjun terakhir yang kami kunjungi dalam wisata curug di Ciletuh. Curug ini memiliki bebatuan dengan lanskap seperti zaman purba. Dari lokasi parkir perlu jalan kaki sekitar 200 meter melalui jalan setapak yang sudah dibeton.
Jalur jalan kaki menuju Curug Cimarinjung mudah dilalui. Tak perlu banyak effort untuk mencapai lokasi. Eksotis, satu kata yang mewakili curug setinggi kurang lebih 50 meter ini. Dijamin gak bakal nyesel kalau sudah mampir.
Puncak Darma
Datang ke Geopark Ciletuh, lokasi wisata alam yang lengkap dengan bukit, curug dan pantai, pasti melewati Puncak Darma lebih dulu. Ini kalau dari arah kota Sukabumi. Puncak Darma salah satu dataran tertinggi di Geopark Ciletuh. Ketinggiannya 230 meter di atas permukaan laut. Posisi persisnya di Desa Girimukti, Kecamatan Ciemas, Sukabumi.
Sama-sama di ketinggian, ada beberapa hal yang membedakan Puncak Darma dengan Bukit Panenjoan. Pertama, Puncak Darma berada di awal gerbang masuk kawasan sementara Bukit Panenjoan berada di ujung. Kedua, pemandangan dari Puncak Darma lebih dominan laut. Sedangkan pemandangan dari Bukit Panenjoan lebih menampilkan lanskap dataran. Ketiga, waktu kami datang Puncak Darma lebih ramai pengunjung dibandingkan Bukit Panenjoan.
Seperti di tempat indah manapun saat ini, lagi musimnya memang membuat spot foto yang instagrammable. Meskipun menurut saya tergantung orangnya dan cara ngambil gambarnya juga sih. Kalau udah agak lecek kayak pas kita ke sana, gak terlalu kece juga di upload di Instagram fotonya. Perlu usaha lebih saat mengedit biar hasil fotonya kayak selebgram hehehe..
Puncak Darma berada di pinggir jalan yang ramai lalu lintasnya. Jadi banyak yang minggir dan parkir begitu melihat spot ini. Parkiran tersedia kok, cukup luas untuk menampung mobil dan motor. Untuk masuk areal foto seingat saya mesti isi kotak Rp 2.000 perorang. Agak antre karena banyak yang niat foto juga di sini.
Mirip Puncak Pass di Cipanas, banyak warung yang bisa buat nongkrong di sini. Pertama kali lewat Puncak Darma malam-malam ketika baru datang. Suasananya juga cukup ramai. Apalagi setelah perjalanan panjang melintasi perbukitan yang sepi seolah nggak ada kehidupan. Mana jalannya naik turun berkelok-kelok. Pastikan kondisi mobil sehat banget ya kalau lewat sini. Terus sebaiknya hindari jalan malam sih. Kecuali kalau kepepet kayak kami.
Puncak Darma sekaligus jadi penutup juga buat perjalanan kali ini, trip ke Geopark Ciletuh: wisata alam lengkap bukit, curug dan pantai. Meski cuma sehari semalam tapi sudah cukup puas. Kalau datang ke sini lagi mau eksplor tempat-tempat lain yang belum dijelajahi. Banyak juga yang remote dan perlu usaha untuk mendatanginya, itu katanya. Nanti kalau kesampaian, kami tulis lagi di sini.
Ikuti juga perjalanan kami di YouTube channel ajakanak. Dokumentasi video kami simpan jejaknya di sana. Selain buat warisan Lana dan Keano, siapa tau bisa jadi referensi lokasi jalan-jalan ngajak anak dan keluarga. Happy traveling, sehat-sehat terus semuanya.
Mbaaa duuh ngilu aku liat curugnya yg ada foto orang2 berdiri di pinggir air terjun. Takut licin trus jatuh .. 🙁 .
Tapi aku blm prnh nih liat dr Deket gitu sungai yg airnya jatuh menjadi Curug. Selama ini kan liat air terjun slalu dr bawahnya.. ga prnh tau sungai di atasnya kayak apa :D.
Trus itu sungai yg berujung ke laut, aku jg blm prnh liat lgs. Eh pernah tp dr pesawat, itu juga ga terlalu Deket kan. Pgn tau seperti apa kalo suangai yg berujung di laut :D.
Aku juga ngeri liatnya soalnya ada yang jalan sampai ke bibir jurang banget. Aku gak berani lanjutin lagi, Lebih besar bahayanya daripada manfaatnya hehehe..
He eh…. Aku walopun suka yg ekstreme2, tp kalo g ada pengamannya gitu, ya maaaap :p. Masih sayang nyawa. Mending dr jauh deh ngeliatnya :D.
Your blog is a success, very complete. Ahhh when passion is there, everything is 🙂 Theresina Hadrian Xanthe
Thank you
Viel Glück in Ihrem Blog, wie ich weiterhin regelmäßig zu folgen. Junie Christopher Adrianna
Thank you, hope you enjoyed it