DestinasiEropa

Fanmeile Berlin: Nonton Bareng Piala Dunia 2018

Salah satu yang membulatkan hati untuk mengiyakan ajakan suami ke Eropa di tahun ini (2018) adalah karena momen Piala Dunia. Menyaksikan orang Eropa nonton bareng siaran langsung timnas mereka bertarung di Rusia, pengalaman yang bikin penasaran bagi kami. Piala Dunia sepak bola, empat tahun sekali. Dan empat tahun lagi, kami nggak tahu apakah akan tetap punya umur, kesempatan dan keuangan untuk bisa datang langsung ke benua biru, menyaksikan euforia penduduknya atas sepak bola. Yaah.. bismillah yuk berangkat.

Berlin, ibu kota Jerman jadi titik persinggahan pertama. Pas tiket murah Scoot Airlines adanya ke sana, pas juga jadwalnya ketika di sana tim panser Jerman berlaga.

Lokasi nonton bareng piala dunia yang kami datangi di Berlin adalah gerbang Bradenburg, dalam bahasa Jerman sebutannya Bradenburger Tor. Tempat ini selalu ramai setiap hari. Yang dateng kebanyakan wisatawan. Bradenburg memang ikon kota Berlin. Semacam Monas di Jakarta. Anda dianggap belum ke Berlin kalau belum ke sini. Naah, pas ada piala dunia, Bradenburg jelas lebih rame lagi. Banjir sama warga lokal, yang mau nonton bareng tim kesayangannya berjuang habis-habisan di lapangan hijau.

Memorial to the Murdered Jews of Europe, Berlin

Sebelum ke Bradenburg dan area nobar Fanmeile, dari penginapan kami di daerah Wilhelmstrasse, kami mampir dulu ke Memorial to the Murdered Jews of Europe. Gak sampai satu kilo meter jalan kaki dari penginapan, sambil melihat-lihat suasana pusat kota Berlin.

Pengamanan dan Pemeriksaan sebelum masuk area

Bradenburg Gate berada di pusat kota Berlin. Gak pernah tutup pastinya, dan siapa saja bisa datang  keluar masuk bangunan ini, gratis. Cuma.. pas ada acara nonton bareng, biarpun acara dan tempatnya masih gratis, sistem keamanan ekstra diterapkan. Barikade dipasang. Orang yang mau masuk area nonton bareng mesti masuk gate pemeriksaan. Gak boleh bawa tas gede, botol minum, macam kaya mau masuk bandara gitulah. Petugas juga akan memeriksa seluruh tubuh kita. Perempuan sama perempuan, laki sama laki. Begitu juga anak kecil. Saya respek banget sama petugas di sana setiap mau periksa anak, mereka pasti izin sama orangtuanya. “May i check your kids ma’am? Mungkin ini prosedur ya, dan pasti kita cuma bisa jawab yes. Cuma pasti kalau udah ada petugas bilang gitu, kita jadi lebih memperhatikan anak kita ketika body check dilakukan. Bisa antisipasi juga kalau ada kejadian gak diinginkan.

Suporter Der Panzer

Sampai di area nonton bareng, suasana pesta berasa banget. Orang-orang dateng dengan muka sumringah. Bawa segala macam atribut berbau Jerman. Topi, wig, bunga, bendera, semua kalau bisa bernuansa hitam merah kuning sesuai warna bendera negara. Gak lupa, gelas-gelas bir juga di mana-mana. Bir buat orang Jerman udah kayak minuman sehari-hari. Selama musim panas dan piala dunia, produsen bir sampe kekurangan botol-botol kaca buat kemasan. Gak cuma mengkonsumsi, Jerman juga negara yang termasuk paling banyak memproduksi bir. Saking sudah jadi budaya, Jerman punya festival bir tahunan di bulan Oktober yang mereka kasih nama Oktoberfest.

Jelasin beginian ke Lana dan Keano gak susah sih. Malah jadi ada kesempatan buat ngobrol kenapa orang Islam gak ikutan minum bir. Cuma memang mesti cari penjelasan yang simpel, kenapa mereka boleh dan kita nggak. Belajar jugalah ya emak bapaknya.

Reichstag Building

Waktu kami dateng ke area nonton bareng, tim Jerman belum main. Kami datang sekitar jam 17 lewat, sedangkan tim Jerman mainnya jam 20.00. Jadi belum full banget ramenya. Di depan layar dan panggung utama sudah lumayan penuh, tapi di bagian layar yang lain masih banyak yang kosong. Beberapa asyik menonton pertandingan live Korea Selatan vs Mexico. Nampak juga muka-muka Korea dan Mexico lengkap dengan jerseynya ikut meramaikan nobar. Ada yang di depan panggung dan layar besar, juga nobar di layar tv plasma yang dipasang di ‘kafe’ atau warung makan area nobar sambil santai makan dan minum.

Kami sempat nonton Korsel vs Mexico sebentar. Tapi berhubung partai utama Jerman belum mulai, dan kami juga belum eksplor area Bradenburg, kesempatan ini dipakai buat keliling dulu. Sempetin ke Reichstag, gedung parlemen Jerman. Lokasi gak jauh, malah bisa dibilang persis di sebelah Gerbang Bardenburg. Reichstag Building ini sudah ada sejak tahun 1894. Dulu, waktu sistem pemerintahan Jerman masih kekaisaran, gedung ini juga sudah dipakai parlemen masa lalu untuk bersidang.

Bradenburger Tor – Pariser Platz

Dari Reichstag, balik ke Bradenburg, tapi masih di luar area nobar. Kita ke Pariser Platz. Antara Pariser Platz dan area nobar dipisahkan oleh gerbang Bradenburg. Di Pariser Platz ini biasanya wisatawan foto-foto, naik becak atau odong-odong (yes, ada becak wisata semacam odong-odong di Berlin hahaha), atau bisa juga sih kalau mau keliling lokasi sekitar naik kereta kuda. Cuma karena ada acara nobar, sebagian gerbang Bradenburg ketutup barikade pemandangannya. Apalagi di sisi seberangnya dibangun panggung nobar, buat artis pengisi acara tampil. Jadi gak gitu cakep deh dijadikan latar belakang foto-foto.

Gak lama-lama di Pariser Platz, balik masuk ke area Fanmeile Berlin. Fanmeile itu macam Fanfest. Jadi acara nobar dalam Fanmeile Berlin gak cuma saat Piala Dunia. Kemeriahan ini juga ada saat Piala Eropa. Ramenya yang dateng menunjukkan betapa cintanya orang sini sama sepak bola. Kayak di Indonesia juga, cuma bedanya, timnas kita belum sampe level piala dunia hehehe..

Area Fanmeile dibagi-bagi di sepanjang jalan yang berhadapan dengan Bradenburg. Tepatnya di jalan Strasse Des 17.Juni, hampir sepanjang 2 km, mulai dari Gerbang Bradenburg sampai Victory Column.

Setiap area dilengkapi layar digital raksasa buat nonton. Ada tujuh layar raksasa yang dipasang sepanjang jalan. Yang paling rame ya paling depan tentunya, karena berhadapan langsung dengan panggung hiburan, dan layarnya paling besar. Nonton bolanya sambil berdiri seperti penonton konser festival. Untuk keluarga dengan anak kecil, disarankan ambil tempat yang agak belakang biar bisa lebih santai. Duduk-duduk pake alas, dan gak terlalu sesak juga. Kekurangannya, panggung utama cuma bisa dilihat lewat layar lebar saja. Dan kalau ada perform artis, gambarnya delay keduluan sama suara live-nya.

Gak boleh bawa makan dan minum dari luar, di dalam disiapkan stand makanan dan minuman. Bir udah pasti ada dan paling laku. Selain itu ada segala macam jus, air mineral dan soft drink. Ada banyak makanan yang kelihatan enak. Tapi karena banyak yang gak halal, kami cukup beli roti simit khas turki. Roti berbentuk lingkaran besar bertabur wijen. Di Berlin, orang keturunan Turki ada di hampir setiap sudut. Jadi kalau mau cari makanan halal, yang paling gampang memang ke toko Turki. Toko atau resto khas Turki di Berlin juga gak susah nyarinya.

Menunggu pertandingan timnas Jerman mulai, kami jalan-jalan di dalam area fanmeile. Sebagian pengunjung lain menghabiskan waktu naik kincir raksasa. Sebagian lagi ikut games gratis berhadiah yang disponsori para vendor.

Salah satu games yang menarik adalah tendang bola ke target berbentuk lingkaran besar berwarna oranye. Sponsornya ebay. Hadiahnya beragam pernik mulai dari gantungan id card, pulpen, kaos, sampai tas kecil. Suami dan Keano gak mau ketinggalan ikut. Suami gagal, bola membentur garis lingkaran. Yang jagoan Keano, sukses memasukkan bola ke lingkaran. Aplus pun berdatangan buat si kecil dari semua penonton dan panitia. Keano dapat paket tas berisi kaos, pulpen dan gantungan id card. Pas ambil hadiah, panitia ngeliat Lana ikut anter adeknya. Walhasil, Lana juga diberi hadiah oleh panitia. Lumayanlah, dapat kenang-kenangan dari Jerman berlambang ebay.

Toilet umum berbayar

Satu lagi yang rame saat Fanmeile adalah deretan antrean ke toilet umum. Demi lancarnya acara, penyelenggara menyediakan puluhan toilet umum yang terbagi dalam beberapa lokasi. Toiletnya berbentuk box plastik portable. Sangat bersih, karena kelihatannya rata-rata masih baru. Untuk bisa menggunakannya harus bayar 75 sen per orang atau sekitar 12 ribu rupiah, kalo kursnya 1 euro lagi 16 ribu rupiah. Mahal? nggaklah ini termasuk toilet berbayar paling murah. Sebab di tempat lain di Berlin, masuk toilet bisa ngabisin 1 sampai 2 euro, hampir sama dengan satu scoop harga es krim gelato.

Sebelum jam 8 malam, artis lokal gantian nyanyi menghibur pengunjung Fanmeile. Tentunya sambil diselingi teriakan yel-yel buat kesebelasan Jerman. Kick off tepat jam 20.00, dan hampir semua mata tertuju ke layar raksasa. Mulai tegang.. Wajar, di pertandingan sebelumnya, Jerman kalah 0-1 dari Mexico. Jadi lawan Swedia ini jadi penentuan buat kelanjutan nasibnya di Rusia. Kalah berarti gugur,  kalau seri juga berat peluangnya. Makin tegang, karena Swedia nyuri gol duluan di menit ke 32.

Dan untungnya timnas Jerman menang juga lawan Swedia, walaupun dengan bersusah payah dan penuh drama. Setelah gol Marco Reus di awal babak kedua, ditambah dikartu merahnya Boateng di menit 80-an, Jerman baru bisa cetak gol lagi di menit-menit akhir injury time (90+5) lewat kaki Toni Kroos. Beuuhh, meledaklah teriakan suporter Der Panzer pas gol kedua.

Ribuan orang yang kegirangan, sampai setelah selesai peluit panjang, masih pada gak pulang-pulang. Nyanyi-nyanyi, teriak yel-yel, dan loncat-loncat. Semua merapat ke panggung utama. Padahal hujan semakin besar, dan juga hari sudah semakin malam. Tapi suasana tetap meriah.

Kami  dan sebagian orang meninggalkan arena Fanmeile, masih dalam kondisi ramai. Jalan kaki hujan-hujan ke penginapan. Agak sayang meninggalkan keriuhan dan kebahagiaan suporter Jerman. Tapi kami harus segera pulang, biar cepat istirahat, karena besok subuhnya sudah harus bergerak lagi menuju Amsterdam. Perjalanan masih panjang.

Nobar di Jerman, jadi pengalaman yang mengesankan. Dapet lah aura piala dunianya, walaupun cuma nonton di layar raksasa, bukan langsung di stadion. Suasana tegang dan senang suporter bercampur jadi satu. Dan sayangnya, seperti kita tahu bersama, akhirnya Jerman pulang kandang juga di partai berikutnya lawan Korea Selatan. Jadi penasaran, gimana ya suasana di Fanmeile pas Jerman keok… Ikut berempati buat suporter Jerman hehe..

*****

Ajak Anak

Hallo, kami Herwin-Yossie-Lana & Keano, keluarga dengan dua anak penggemar traveling. Backpacking, budget traveling, hiking, & camping bersama anak menjadi favorit kami. Di sini kami berbagi cerita traveling dan pengalaman bertualang. Dan percayalah, bagi anda yang suka traveling dan wisata petualangan, melakukannya bersama anak dan keluarga jauh lebih menantang, sekaligus menyenangkan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *