Camping di Situ Cipiit, Danau di Tengah Bukit Pinus Sukabumi
Camping di Situ Cipiit, danau di tengah bukit pinus, Sukabumi, Jawa Barat, menjadi bagian dari serangkaian weekend yang kami habiskan di luar ruang saat pandemi Corona. Terus terang, buat kami agak susah mengurung diri terus di dalam rumah. Karena selain kesehatan fisik, ada kesehatan jiwa yang juga harus dijaga. Protokol kesehatan is a must. Waspada pasti. Di saat-saat seperti ini, tempat tujuan camping ataupun traveling wajib diseleksi. Dan menurut kami, Situ Cipiit masih menjadi tempat yang relatif aman untuk berkemah saat pandemi. Semua tergantung kita yang menjalankannya. Disiplin menjaga jarak, jangan abai dengan situasi dan kondisi.
Di manakah Situ Cipiit berada? Terus terang saya pun baru pertama kali mendengar namanya saat suami berniat mengajak keluarga ke sana. Semua berawal dari rencana komunitas pencinta Land Rover Sukabumi, yang ingin memperingati hari kemerdekaan Indonesia, 17 Agustusan, di tempat ini. Kabar menyebar di antara sesama penggemar Land Rover. Dan sebagai orang Depok, kami penasaran dong dengan tempat ini. Gak cuma sendiri, ada 3 keluarga penggemar Landy asal Depok yang barengan camping di Situ Cipiit. Jadilah 16-17 Agustus 2020 menghabiskan waktu di sana
Baiklah, segera kita mulai dengan penjelasan di manakah letak Situ Cipiit. Buat orang Sukabumi, setidaknya beberapa kenalan yang berasal dari Sukabumi, Situ Cipiit ternyata lokasi wisata alam yang cukup famous. Sudah sejak lama menjadi lokasi tamasya warga setempat.
Situ Cipiit berada di Kampung Rawaseel, Desa Tanjungsari, Kecamatan Jampangtengah, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Situ ini sering juga disebut Situ Dewa Dewi Cipiit. Dari arah Depok atau Jakarta, kalau nggak pakai macet bisa ditempuh sekitar 3 jam perjalanan. Biang macetnya kalau ke Sukabumi sekarang ini sebenarnya sedikit. Tapi ngeselin karena antrenya lama. Pertama adalah setelah keluar tol Bocimi, pas belok kiri ke arah Sukabumi udah pasti lebih sering macetnya dari pada nggaknya. Lepas dari wilayah itu masih ada satu titik langganan macet yakni di sekitar pasar Cicurug. Selebihnya nanti yang potensial macet adalah wilayah Parung Kuda dan Cibadak. Jadi, meskipun waktu tempuh normal adalah 2 jam 43 menit menurut google maps, realisasinya siapkan waktu perjalanan sekitar 4-5 jam.
Patokannya nanti kalau sudah sampai di jalan Pelabuhan II, belok kanannya di jalan Pangleseran-Cibatu saja langsung, tepat setelah pasar Pangleseran. Setelah itu baru melipir ke arah jalan Leuwiliang di sebelah kiri. Jalan Pangleseran lebih lebar, lebih enak dijalani kendaraan roda empat. Google Maps seperti sifatnya yang menunjukkan jalur terdekat, gak ngarahin lewat sini soalnya. Dia ambil jalan yang lebih sempit. Kalau mau gampang nanya orang sih kayak kami yang sempet bolak balik gak jelas mencari belokan ke arah Situ Cipiit. Pointing saja dulu ke titik Pasar Pangleseran. Orang situ udah tahu menunjukkan jalan yang proper menuju Situ Cipiit.
Satu catatan menarik dari kami adalah, wana wisata Situ Cipiit ini sebenarnya letaknya nggak di tengah hutan banget. Menuju ke sana kita malah harus melalui permukiman dan perkampungan penduduk yang cukup padat. Nanti begitu sampai ujung kampung, mulai deh masuk kawasan pinus. Tempatnya agak berbukit, dan di dalam kawasan sudah nggak ada rumah penduduk lagi. Gak jauh masuk, keliatan deh pos jaga wana wisata Situ Cipiit. Masuk Situ Cipiit bayar tiket Rp 5.000 satu orang, kalau nggak salah. Kalau kami masuk nggak bayar karena ikutan acara yang sudah ngebooking tempat sebelumnya. Sementara menurut informasi, biaya berkemah di sini hanya Rp 15.000 satu malam. Seperti banyak camping ground lain, anak-anak lebih sering nggak bayar. Di luar biaya yang ditetapkan, ada biaya toilet sekali masuk Rp 2.000.
Hutan pinus di Cipiit ini asik banget buat lokasi foto-foto. Buat penggemar foto feed instagram, bakal nggak kehabisan spot rasanya meskipun seharian di sini. Kumpulan pepohonan pinusnya meskipun nggak terlalu rapat tapi tampak artistik. Adapula hamparan ilalang yang sering dijadikan lokasi foto prewedding. Cuma kalau buat kami, di sini kurang dingin saja. Tidak seperti banyak camping ground di Sukabumi yang hawanya sering bikin menggigil. Meski begitu, bukan berarti di sini panas ya. Hawa sejuknya masih tetap terasa di banding Depok tentunya.
Camping di sini asiknya mobil bisa langsung masuk ke area buka tenda. Ini penting banget sih buat penggemar camping dengan Land Rover seperti kami. Soalnya Landy sudah seperti rumah kedua. Bagian yang tak terpisahkan dengan tenda dan peralatan camping lainnya. Yang paling penting, etika tetap dijaga. Jangan sampai kita parkir menghalangi kenyamanan pengunjung lain yang sama-sama ingin menikmati keindahan tempat ini.
Jumlah pengunjung wana wisata ini juga gak banyak-banyak amat. Padahal kami ke sana pas long weekend. Baik yang camping maupun yang piknik pulang pergi masih bisa menjaga jarak yang aman banget dari pengunjung lain. Inisiatif menjauhi kerumunan memang harus dari kita sendiri. Makanya spot buka tenda kita agak ngambil jarak dari danau. Selain mencari tempat yang lebih teduh, biar gak terlalu rame sama orang juga.
Sebagian getah pinus di sini ternyata masih ada yang mengumpulkan. Getah pinus biasanya digunakan untuk bahan dasar pembuatan cat, industri kosmetik dan antiseptik. Keano bisa melihat sendiri bagaimana getah pinus ini dikumpulkan. Banyak batok kelapa yang diletakkan di batang pohon yang telah disayat kulitnya.
Danau alias Situ Cipiit-nya sendiri ukurannya tak terlalu besar. Jauh skalanya dibanding Situ Gunung. Situ Cipiit berbentuk cekungan yang berada di tengah hamparan pinus. Meski ukurannya kecil, tapi pas untuk dinikmati bersama keindahan alam sekitarnya. Kita bisa mengelilingi situ dengan berjalan kaki, jogging, naik sepeda, motor, ataupun dengan Land Rover seperti kami.
Buat mobil non offroad, gak disarankan turun ke bawah mengelilingi danau. Ada medan yang potensial bikin jeblos ataupun bikin bagian bawah mobil kegasruk. Kalau motor sih bebas malah. Bisa blusukan sampai ujung. Kalau mau, di sini bisa naik perahu kayuh, alias bebek-bebekan. Ada juga warung di atas danau yang pengunjungnya bisa karaokean. Tapi sumpah deh, kami sebel banget sama suara karaokean yang terlalu kencang dari warung ini. Berasa ngadain hajatan. Pas malam juga berisik, dan bikin polusi suara. Untungnya ya, lokasi buka tenda kami agak jauh dari danau. Masih terselamatkan lah kuping ini.
Fasilitas apa aja yang ada kalau kita camping di Situ Cipiit Sukabumi? Yang jelas ada warung yang buka 24 jam meskipun gak banyak kayak di Gunung Bunder. Which is good sebenarnya. Terus ada musala yang didalamnya ada colokan listrik. Kita bisa numpang ngecharge di sana. Saran kami di musim pandemi kayak sekarang bawa peralatan ibadah sendiri sampai sajadah-sajadahnya, meskipun musala juga menyediakan. Kalau kita sih, salatnya di sekitar tenda aja. Masih banyak tempat luas, datar dan terbuka. Tinggal tarik matras saja buat alas. Untuk wudhu barulah kami lakukan di musala. Toilet juga ada. PR-nya kalau di tempat kayak gini toilet agak kurang kebersihannya, dan ini bikin mangkel sih. Kenapa kalau camping ground banyak banget pengelola yang menomorduakan urusan toilet. Padahal sudah punya modal alam yang indah. Kalau saya sih rela bayar tiket masuk ditambah, asal toilet beneran bersih.
Selama ini urusan wisata alam kerap dilabeli wisata murah. Sehingga, urusan kebersihan dan toilet sering dianggap remeh saja. Simpel sih pemikirannya, masuknya aja cuma lima ribu, budget mengelola toilet mau dari mana. Padahal menurut saya, alam itu bukan barang murah. Ia sudah tersedia di sana memang. Tapi menjaganya bukan pekerjaan mudah. Alam justru aset yang mahal. Manusia nggak bisa bikin. Tapi karena Indonesia itu kekayaan alamnya berlimpah, yah jadilah gini. Sering diperlakukan take it for granted. Label wisata alam itu murah kayaknya perlu dibongkar deh. Biar fasilitas dan kenyamanan pengunjung juga bisa bertambah. Bukan berarti nambah bangunan macam-macam yang merusak keindahan alam itu sendiri. Tapi urusan kebersihan, konservasi, dan pelestarian, mesti jadi prioritas bersama.
Balik lagi ke urusan camping di Situ Cipiit, Sukabumi. Apakah kami happy camping di sini? Jawabannya tetap happy sih. Urusan toilet yang kurang bersih soalnya bukan cuma di sini aja kok. Kalau sering camping, nanti juga bakal mengalami. Ada beberapa camping ground memang yang urusan toiletnya lebih bagus dari ini. Bisa di simak di rekomendasi tempat camping ramah anak yang pernah saya tulis sebelumnya. Dengan catatan ini di luar lokasi glamping.
Camping dua hari satu malam di Situ Cipiit, Sukabumi, Jawa Barat, kami akhiri dengan keliling danau naik long canvas kesayangan. Sempat foto-foto pastinya biar ada kenang-kenangan. Bakal ke sini lagikah? Mungkin nanti kalau kebetulan lewat ke dekat-dekat kota Sukabumi. Sementara ini masih cari dulu tempat camping yang belum pernah disinggahi. Happy camping everyone, happy traveling.
Waaah jarak tempuhnya bisa molor jauh dari yg hanya 2 jam-an bisa 4-5 jam-an ya mba. Tapi memang Sukabumi mah dari dulu macetnya nggilaniii hahahaha.
Btw, bau getah Pinus harusnya harum ga mba? Setidaknya ga separah bau getah karet kan? Aku ga kuat kalo getah karet, bau bangettt.
Naaah aku setuju, mendingan yaaa tempat alam begini dinaikin aja tiket masuknya. Setidaknya ada dana utk maintenance fasilitas seperti toilet. Gpp jadi sepi, biar yg DTG bener2 orang yang niatnya mau liburan tapi juga mau fasilitas bersih dan terawat. Jujurny sih, aku yg gampang jijian, agak males mba, kalo hrs camping/liburan ditempat yg aku tau toiletnya ga bersih. Kan kita butuh untuk mandi ato lainnya 🙁
Betuul, macetnya parah. Apalagi kalau musim libur. Ampun deh, keluar tol aja udah langsung antre. Bau pinus itu gak separah getah karetlah. Enak harumnya, macam karbol hahaha.. Tapi nggak deng, nyaris gak kecium bau apa-apa kecuali ketika Keano deketin banget itu batok penampung getah.
Soal toilet, yups ini mesti disuarakan rame-rame. Cuma sedikit tempat wisata alam yang beneran ngurusin toilet mereka dengan baik. Kecuali naik gunung ya. Kalau di gunung kita pake cara komando buat urusan ke belakang hehehe..