Camping di Rancapinang, Taman Nasional Ujung Kulon
Camping di Rancapinang, Taman Nasional Ujung Kulon kami jalani pada Maret 2021. Camping sekalian road trip ceritanya. Perjalanan ini adalah upaya kedua. Sebelumnya, road trip ke Taman Nasional Ujung Kulon sempat gagal, patah di tengah jalan. Sudah sedikit lagi sampai ke lokasi, tapi ada anggota rombongan yang mobilnya terbakar. Belum lagi mobil kami juga ikutan patah chassis di tengah jalan. Ada juga yang bermasalah dengan perseneling. Jadilah diulang lagi perjalanannya. Dan alhamdulillah kali ini berhasil sehingga bisa camping di Rancapinang, Taman Nasional Ujung Kulon.
Resor Rancapinang adalah Pos Taman nasional Ujung Kulon yang berada di ujung Kampung Cegog, Desa Rancapinang, Kecamatan Cimanggu, Kabupaten Pandeglang, Banten. Kampung Cegog sendiri sudah kampung yang paling ujung yang berbatasan dengan Taman Nasional. Gak ada jalan lagi yang bisa dilalui kendaraan dari kampung tersebut.
Dari Legon Pakis, lokasi camping hari pertama kami di Taman Nasional Ujung Kulon, harus balik lagi ke arah Sumur. Dari Sumur nanti ambil arah menuju Cibaliung. Dari jalan raya Sumur Cibaliung ambil arah ke kanan buat ke Rancapinang. Jalan menuju Resort Rancapinang, rusak parah. Ada ruas jalan yang di beton mulus dekat kantor desa. Selebihnya siap-siap ajrut-ajrutan. Semakin dekat Kampung Cegog, jalan semakin rusak. Sedih banget nasib kampung paling ujung di Desa Rancapinang ini. Parahnya lagi, Gak ada jembatan yang bisa dilalui kendaraan roda empat menuju kampung ini. Mobil mesti turun ke sungai kalau mau sampai ke sana. Kami harus permisi sama warga yang asik mencuci di kali.
Nah, kalau kampung Cegog sudah terisolir, resor Rancapinang di Taman Nasional Ujung Kulon, lebih lagi. Dari kampung mesti nyebrang sungai lagi. Tapi, seperti kata Keano, selalu ada keindahan di balik perjuangan. Kata-kata itu benar adanya. Ini seninya bepergian ke remote area. Kita nggak pernah tau, di ujung nanti bakal dapat kejutan apa. Keindahan yang tersembunyi kami temukan di Rancapinang. Masya Allah, pemandangan yang menyejukkan hati dan mata. Padang rumput, hamparan pantai, sungai dan hutan. Alhamdulillah, masih diberikan umur melewati senja di sini.
Kami mendirikan tenda tepat di halaman resort yang sekaligus dijadikan bumi perkemahan. Gak ada pengunjung lain. Pos taman nasional juga kosong. Nggak ada petugasnya. Tapi, kata warga biasanya petugas akan datang pada malam hari. Bapak petugas tinggal di kampung. Kami menitip pesan,mau ketemu sekalian izin menjadi tamu.
Urusan air di saat camping di Rancapinang, Taman Nasional Ujung Kulon, nggak susah. Di resort ada pompa air listirk. Kamar mandi juga ada. Airnya berlimpah. Biarpun terisolasi, aliran listrik juga sudah sampai. Yang belum ada adalah jaringan telepon. Gak ada sinyal. Gak bisa internetan. Udah paling bener, simpan gadget. Kita main di alam.
Pantai Cegog, punya garis pantai yang panjang dan landai. Anak-anak pasti senang main di tepiannya. Gelombangnya pun gak besar. Masih bersih dan bebas sampah. Di pagi hari, kita banyak ketemu yang jalan kaki menuju sawah dan ladang. Saat kita ke sana sedang musim panen katanya. Pantai cegog belum dikelola sebagai lokasi wisata. Jadi jangan harap ada penjaga pantai dan fasilitas lainnya. Kita yang harus pandai menjaga diri. Membaca tanda alam. Menghormatinya, dan menjauhkan diri dari bahaya.
Sungai yang bermuara di sini, namanya sungai Cicegog. Airnya jernih dan dangkal. Jadi anak-anak bisa puas main air. Mau main dipantai atau disungai, tinggal geser aja. Seneng banget lah disini. Gak jauh dari sungai, di tepi pantai ada kandang-kandang sapi dan kerbau milik warga. Menjelang siang, sapi dan kerbau digembalakan ke padang rumput. Hidup disini seperti di buku cerita. Kalau pagi petani ke sawah dan ladang, sementara gembala menggiring kerbau. Gak ketemu macet, atau harus berhimpitan di bus atau kereta. Kalau alamnya terjaga, warga desa ini mungkin tentram selamanya.
Orang kampung Cegog masih memaksimalkan sungai buat mandi dan mencuci. Aliran sungai Cicegog ini katanya berasal dari curug di bagian hulu. Tadinya kami berniat trekking menuju curug. Ini wisata yang ditawarkan sama orang local. Sayangnya pagi tadi sempat hujan. Jadi ngebayangin jalurnya bakal becek banget dan terlalu licin buat anak-anak. Akhirnya memaksimalkan saja main di kali-nya. Dan Alhamdulillah anak-anak gembira.
Senangnya petugas Taman Nasional Ujung Kulon juga ramah. Pos ini selama ada penjaganya juga terbuka untuk pengunjung. Gampang kalau minta bantuan apa-apa. Camping di Rancapinang, Taman Nasional Ujung Kulon, kalau menurut aturan ada tarifnya. Kalau di website, cuma lima ribu rupiah perorang perhari. Tapi terus terang nggak tega ngasih segitu. Jadi kami kasih lebihan juga ke penunggu resort yang masih orang kampung sini.
Lebih lengkap soal camping di Rancapinang, Taman Nasional Ujung Kulon ada di video berikut.
Seru banget camping di Rancapinang! Masih terjaga alamnya dan nggak banyak pengunjung ya.
Iya.. mungkin karena terisolir juga tempatnya
Sungai jernih begitu paling seneeeeng liatnya. Secara sungai jernih di sini jarang banget Ada. Anakku malah blm prnh liat sungai yg dasarnya kliatan gitu.
Pokoknya kalo udh baca pengalaman camping mba Yossie, pasti bawaan JD pengen. Tinggal masalah eksekusi dan cari hari cuti pak suami, yg ntah kenapa susah bangt sejak pindah company -_-
Iya.. sungainya bikin jatuh cinta. Lautnya juga, pantainya juga hehehe..