Rekomendasi Eksplor Benua Biru dengan Pesawat Murah Eropa
Jalan-jalan ke Eropa A.K.A benua biru adalah bucket list kami yang alhamdulillah akhirnya terpenuhi. Tercapai lebih cepat dari rencana awal gara-gara dapat tiket murah ke Berlin. Langsunglah semangat menyusun itinerary. Semua negara yang pengen dikunjungi dilist. Akhirnya tersusunlah 6 negara: Jerman, Belanda, Prancis, Spanyol, Italia dan Yunani meliputi 7 kota yang kami singgahi yakni: Berlin, Amsterdam, Paris, Madrid, Barcelona, Venesia dan Athena
Bukan perkara mudah nyusun itenerary-nya terutama saat Venesia masuk dalam wishing list. Pe-ernya adalah nyari formasi transport termurah dan efektif antar kota Paris-Madrid-Barcelona-Venezia, dan Athena. Selain murah, waktu juga jadi pertimbangan. Karena waktunya mepet, jadi harus bagi-bagi hari di setiap kota, biar adil, biar puas ngerasain kota dan jalan-jalannya. Makanya kami lebih banyak pilih dengan pesawat udara, biar cepat. Secara harga, pesawat juga bisa lebih murah, dan bersaing dengan harga bus. Naik kereta, biasanya lebih mahal. Kalau belinya jauh-jauh hari, dan mau flight di jam-jam ajaib (pagi banget, atau malam banget), akan lebih murah naik pesawat.
Gimana cara dapet penerbangan murah antar negara di eropa? Kami memanfaatkan situs https://www.skyscanner.net/. Atau versi Indonesianya, skyscanner.co.id. Di sini kita bisa bandingkan harga tiket, jadwal dan lama perjalanan sebuah rute penerbangan. Ada juga sih beberapa situs lain sejenis. Tapi buat kami kayak udah kebiasaan aja pakai skyscanner terutama untuk mencari tiket penerbangan luar negeri.
Jakarta – Berlin dengan Scoot
Kita mulai dari pertama ya, perjalanan ke Eropa sebenernya berawal dari baca berita online tentang dibukanya penerbangan Scoot ke Berlin, dan racun itu mulai masuk pelan-pelan. Klik ini klik itu, ternyata murah juga tiket pesawatnya. Apalagi kalau berangkat di bulan September atau Oktober misalnya, bisa dapat lebih murah lagiā¦ 2,7 juta per orang Jakarta-Berlin. Tapi karena di bulan murah itu, anak-anak masih masuk sekolah, jadilah ganti waktu. Gak apa-apalah gak dapat harga termurah. Gak enak kalo bolos sekolah, sudah pernah diingetin sama sekolah Lana. Jadilah geser planning di libur panjang sekolah Juni Juli, yang berbarengan sama libur lebaran.
Jakarta-Singapura-Berlin pake Scoot, 3 jutaan per orang, tepatnya total Rp. 12.677.000 buat empat orang. Kami pun akhirnya membeli tiket lewat Traveloka. Sebenernya kalo beli di webnya Scoot, waktu itu bisa lebih murah 50 ribu (total), tapi karena males isi-isi data lagi, beli di Traveloka saja yang semua data keluarga sudah ada di situ. Seperti data nama, ktp, passport dll.
Biarpun promonya lagi kenceng dan tergolong baru, Scoot ternyata ngaret juga. Pesawat Jakarta-Singapura delay sampai jam 21.30 wib, harusnya flight 19.55 wib. Jadilah di Changi harus buru-buru ngejar connecting flight Scoot ke Berlin. Tau sendiri kan bandara Changi gedenya seperti apa. Dan kami lari-lari pindah gate yang lumayan jauhnya. Flight Jakarta-Singapura jam 21.30-00.00, sementara Flight Singapura-Berlin berangkat jam 00.20. Cuma punya waktu 20 menit buat turun dan ganti pesawat dengan gate yang lokasinya terpisah. Dan begitu ketemu gate tempat kita bakal naik penerbangan ke Berlin, semua penumpangnya dah boarding. Tinggal nunggu kita doang buat lepas landas dan berangkat. Apa mau dikata ya, kesalahan bukan pada kami dong. Kami juga ngos-ngosan karena mesti lelarian.
Untungnya Lana dan Keano seneng-seneng aja diajak lari di bandara tengah malam. Mereka malah ketawa-ketawa menikmati pengalaman ini. Cuma sayangnya planning untuk bisa makan malam di Changi pun bubar. Semula, rencananya minimal bisa bungkus makanan beli di bandara untuk bekal di pesawat. Sebagaimana budget flight, tiket penerbangan Scoot tidak termasuk fasilitas makan. Dan karena anak-anak (selalu) kelaparan, kami pun membeli makanan di atas pesawat. Scoot menawarkan beberapa menu makan besar dengan jaminan halal. Rasanya enak-enak aja kalau kata Lana dan Keano. Kedua anak ini hobinya memang makan. Packing makanan ala pesawat adalah salah satu yang mereka suka dalam setiap perjalanan.
Penerbangan malam membuat perjalanan terasa lebih cepat karena sebagian besar waktu diisi dengan tidur. Apalagi nggak ada hiburan televisi di Scoot ini. Jarak antara kursi juga nggak lega-lega amat. Kursinya bisa reclining sih, tapi jangan harap bisa rebahan banyak karena sempitnya jarak antar kursi tadi. Udah paling bener deh milih penerbangan malam. Karena rasa ngantuk mau gak mau kita tetap ketiduran. Buat yang gak bisa tidur di pesawat, dowloand film banyak-banyak di gadget bisa membantu. Tapi jangan lupa untuk bawa powerbank biar gak manyun kalau tiba-tiba gadgetnya lowbatt.
Menjelang mendarat di Berlin, lampu pesawat menyala seperti pelangi. Ini semacam signature layanan penerbangan Scoot yang mereka beri nama Scootitude. Rainbow light adalah salah satu service yang diberi nama moodlighting. Rainbow light dinyalakan untuk merayakan hari spesial sepert Valentine, Halloween, atau perayaan apapun yang direncanakan oleh kru kabin. Bisa saja rainbow light menyala setelah penerbangan tengah malam sebagai pertanda pagi telah menjelang. Ini yang kami alami dalam perjalanan ke Berlin. Kami mendarat sekitar jam setengah delapan pagi. Begitu keluar pesawat cuaca masih dingin. Musim panas belum terasa di sini.
Kami memasuki Bandara Tegel yang penampilannya berbanding terbalik 180 derajat dibandingkan Changi. Bangunannya lebih mirip gudang. Bandara di Berlin memang didesain sebagai tempat pulang pergi yang efisien. Penumpang tidak ditujukan untuk berlama-lama di bandara. Turun pesawat langsung jalan kaki menuju ruangan pengambilan bagasi yang gak pake lama. Kami malah keluar lebih cepat karena gak ada satupun barang yang masuk bagasi. Konsep perjalanan kami kali ini memang total backpacking. Ransel yang kami bawa udah bener-bener disiapkan di bawah 7kg beratnya sehingga bisa masuk kabin. Ini salah satu trik hemat juga sih, karena jadinya gak perlu beli bagasi lagi.
Keluar bandara Berlin langsung antre beli tiket transportasi dalam kota. Tiket ini nanti bisa dipake untuk seluruh moda transportasi mulai dari kereta, bus hingga tram. Paling gampang, cepet dan murah menuju pusat kota adalah dengan naik bus. Dari tempat beli tiket udah keliatan haltenya. Lebih detail soal serba-serbi trasportasi umum di Berlin bisa dibaca di Jalan-jalan Hemat dengan Transportasi Umum di Berlin.
Berlin – Amsterdam dengan EasyJet
Tiga hari dua malam di Berlin, kami kemudian menuju Amsterdam. Kali ini bakal naik maskapai Easyjet. Harga total empat orang 1.435.000 rupiah, atau 84.88 Euro. Catet sekali lagi ya, itu harga beneran udah untuk berempat terbang antar negara Jerman dan Belanda. Beli tiket di websitenya Easyjet, tentunya sudah bandingin harga dulu di Skyscanner.
Konsekuensi dari penerbangan murah adalah mesti siap jalan pagi-pagi. Jam 03.45 waktu Berlin kami check out hotel, siap-siap ke bandara Schonefeld, bandara lainnya di Berlin selain Tegel. Naik kereta pertama dari stasiun Mohrenstasse ke Alexanderplatz langsung nyambung naik kereta bandara. Jadwal terbang jam 06.30 sampai Amsterdam jam 08.00 pagi waktu setempat. Gak ada perbedaan waktu antara Jerman dan Belanda.
Naik Easyjet udah macam naik bus patas. Duduknya pada tegak. Jarak antar kursi juga pas-pasan. Tapi buat kaki orang bule yang kebanyakan punya postur tinggi besar, jarak ini ternyata cukup-cukup aja. Bisa duduk dengan normal mesikipun gak bisa rebahan. Lagipula, penerbangan Berlin-Amsterdam adalah perjalanan singkat. Apalagi perjalanan di pagi hari, berasanya jadi mau ke tempat kerja dan bukan liburan. Ouch!!
Sama kayak ketibaan di Berlin sebelumnya. Kami mendarat pagi di Amsterdam cuaca juga masih dingin. Masih enak banget buat orang Asia kayak kami. Berasa jalan-jalan dibawah naungan AC
Bandara Schiphol Amsterdam jauh lebih besar di banding dua bandara yang kami singgahi di Berlin. Ini bandara utama di negeri Belanda. Di Eropa sendiri, bandara Schiphol termasuk sebagai bandara tersibuk.
Seperti biasa, kami langsung mencari tiket transportasi dalam kota. Berdasarkan pengalaman, kalau beli tiket trasnportasi umum paketan harganya jauh lebih murah. Apalagi kalau pergi rombongan meskipun dalam kelompok kecil seperti keluarga kami. Train Tickets dan Service loketnya ada di bagian kedatangan. Tulisannya besar sehingga mudah ditemukan. Sebaiknya sih browsing sendiri dulu sebelum cari tiket yang cocok. Untuk browsing kami menggunakan simcard eropa Kenikura yang kami beli di tanah air. Review simcard Kenikura udah kami tuliskan sebelumnya. Untuk di fasilitas publik kayak bandara, terminal atau stasiun, bisa juga memanfaatkan wifi yang biasanya tersedia.
Nah, kalau setelah browsing masih bingung juga, baru tanya di loket informasi. Cuma harap bersabar ya, antrean beli tiket lumayan padat di pagi hari. Begitu juga bagian informasinya. Jadi kalau mau ngobrol lama-lama sama mbaknya agak gak enak karena ada barisan panjang di belakang. Setelah membeli tiket kereta menuju hotel, kami jalan-jalan dulu sebentar keliling bandara.
Di Schiphol ini banyak lounge tempat penumpang bisa menunggu jadwal terbang. Bersih dan nyaman. Di beberapa sudut sengaja disediakan colokan buat ngecharge gadget. Buat anak-anak lounge ini juga nyaman. Lana dan Keano main-main sendiri di sejumlah sudut sementara saya dan ayahnya duduk manis di sofa sambil ngecharge hp.
Paris – Madrid dengan AirEuropa
Perjalanan dengan pesawat murah Eropa lainnya adalah dari Paris menuju Madrid. Paris sendiri kami tempuh dari Amsterdam dengan bus malam. Kami naik FlixBus dari Amsterdam menuju Paris. Sekarang kita fokus di cerita penerbangan MURAH dulu ya hehehe..
Paris-Madrid dengan Air Europa menghabiskan dana Rp 3.873.500 buat total empat orang. Beli tiketnya di mytrip.com, pilihan termurah dari rekomendasi skyscanner. Awalnya ragu dengan mytrip.com, travel yang berbasis di Yunani. Dari beberapa review, ada negatif dan positif. Takut banget sih tiketnya gak nyampe. Tapi setelah ditimbang-timbang dan browsing review lebih banyak lagi, banyak juga yang review positif. Bismillah, aman. Tipsnya, rajin-rajin browsing, cek ricek review.
Harga tiket Paris Madrid lumayan mahal, dibandingin Berlin-Amsterdam misalnya. Secara jarak memang lebih jauh. Tapi kalau naik kereta justru akan lebih mahal lagi, dengan waktu perjalanan lebih lama. Udah paling benerlah naik pesawat, buat kami yang pengen lebih banyak tempat disinggahi dalam waktu 16 hari.
Kalaupun memang mahal, harga tiket pesawat kami anggap sebagai tiket masuk wahana atraksi wisata. Sangat worthed, bisa masuk ‘wahana’ kota atau negara dengan segala suasana, dan keindahan kotanya. Bandingkan misalnya dengan tiket masuk Disneyland Paris. Bisa jadi, jauh lebih murah tiket pesawat lintas negara Eropa.
Seperti juga penerbangan murah lainnya, pagi bangeeet sudah bangun di Paris. Ini pertama kalinya kami naik taksi di Eropa. Metro Paris belum beroperasi pada jam kami harus ke bandara. Pukul 04.35 waktu setempat, naik taksi dari hotel menuju Orly aiport Paris. Dari malam sebelumnya kami sudah minta tolong dipesankan oleh pihak hotel. Perjalanan memakan waktu 20 menit. Lalu lintas masih sepi. Taksinya sedan Mercy. Sesuai argo kami membayar 45 euro. Gak lupa kami kasih tips untuk sopirnya. Perjalanan ke bandara penuh rasa kantuk. Hampir sepanjang jalan dan sepanjang menunggu boarding, Keano tidur.
Fligth Paris-Madrid menggunakan Air Europa berangkat jam 07.20 waktu setempat. Sebagai catatan naik maskapai ini, meskipun gak beli bagasi, ransel kami tetap masuk bagasi (gratis) karena keterbatasan cabin mereka. Berat ransel sebelum jalan ke bandara udah kami usahakan berada di bawah 7 kilogram. Makanya barang bawaan sebisa mungkin kami sebar di empat ransel yang kami bawa, termasuk ransel Lana dan Keano.
Sampai Madrid jam 09.25 pagi. Yeaaaay… nginjekin kaki juga di Spanyol. Ini tempat yang riset trasportasinya belum lengkap bener sebelum berangkat. Jadi butuh waktu agak lama ketika browsing di bandara. Bandara Barajas Madrid juga besar dan sibuk. Beli tiket kereta bawah tanah lewat mesin antreaanya panjaaang. Udah gitu petugasnya sedikit yang bisa ditanya. Tapi alhamdulillah ketemu orang baik banget. Kayaknya sih orang lokal. Mbaknya bantuin saya nunjukin cara beli tiket lewat mesin. Agak ribet karena belum familiar sama alur sistem pembeliannya. Bersama dengan kerumunan orang lainnya, sukses juga akhirnya dapetin tiket kereta dalam kota Madrid.
Setelah Madrid, kota kedua yang kami datangi di Spanyol adalah Barcelona. Madrid-Barcelona naik bus malam. Naik pesawat lagi pas pindah negara ke Italia. Kami naik Ryan Air, budget flight dari Barcelona menuju Venesia.
Barcelona – Venesia dengan Ryan Air
Penerbangannya pagi lagi dong udah jelas. Tapi kali ini ke bandara masih bisa naik kereta. Jam 05.20 check out hotel, jam 06.30 udah sampai bandara Barcelona. Penerbangan kami jam 08.00 pagi. Jam 09.50 tibalah kami di Bandara Marco Polo, Venesia, Italia. Beeuh, berasa mimpi ada di Venesia. Gak nyangka kalau penjelajahan keluarga kami nyampe sini juga. Harga tiket total buat empat orang 4.313.000 rupiah. Beli tiket di websitenya RyanAir, setelah bandingin harga di skyscanner tentunya, dan juga app goeuro dan sejumlah situs lain.
Loket tiket transportasi umum kota Venesia juga jelas keliatan di lounge kedatangan. Dari bandara Marco Polo ke dalam kota Venesia, ada tiga pilihan transportasi. Yaitu kereta, bus dan perahu. Kami pilih bus karena dibanding kereta harganya lebih ekonomis. Kenapa gak pilih perahu karena masih perlu cari tau lagi soal rute dan waktu perjalanan dari bandara ke kota. Daripada lama dan udah gak sabar, cari yang cepet dengan naik bus saja. Perjalanan kami sendiri di Venesia bisa dibaca-baca di sini dan videonya bisa dilihat di sini
Venesia ke Athena dengan Aegean Air
Venesia menjadi persinggahan kami sebelum terbang ke Yunani. Pesawat yang kami gunakan menuju ibukotanya, Athena, adalah Aegean Air. Jadwal terbangnya sore jam 16.45 waktu setempat. Jadi sebelum terbang masih bisa keliling pulau dulu. Pengennya sih lebih lama di Venesia. Tapi yang namanya cuti nggak bisa kompromi. Sesuai jadwal, jam 19.55 malamnya kami mestinya sudah mendarat di Athena.
Tapi sodara-sodara, flight delay bukan monopoli maskapai singa di tanah air saja. Maskapai Yunani juga demikian. Aegean Air menuju Athena mundur waktu keberangkatannya. Jam 17.30 baru lepas landas. Sampai di Yunani jadi ngaret menjadi jam 20.15. Telatnya memang cuma setengah jam. Tapi paling tidak, hal ini menunjukkan berhadapan dengan maskapai delay bisa di mana saja dan kapan saja. Yang mesti diurus adalah waktu check in penginapan air bnb kami yang juga mesti diundur. Koordinasi dengan hostnya, kalau kami bakal telat serah terima kunci. Untungnya host air bnb ini tinggalnya satu gedung dengan apartemen yang kami sewa. Kalau beda alamat bisa tambah ribet urusannya.
Backpacking loncat-loncat negara dengan pesawat murah Eropa, bagi kami yang fakir waktu, memang pilihan yang terbaik. Sukses, murah, dan efektif semua? Nggak juga!! Kalau efektif ya, jam dan harinya pas.. Murah? Ternyata nggak. Dan di bagian inilah sedikit ākeputusan salahā diambil, yang kalau diingat-ingat lagi, agak ngeganjel. Demi mengejar jam penerbangan yang ideal (jam 16.45) dari Venezia, dengan maksud biar lebih lama di Venezia.
Gara-gara gak sabar, dan takut harga naik terus, atau habis, yang penerbangan sore dan relatif murah cuma ada maskapai ini, kami beli tiket Venezia-Athena dengan harga yang masih tinggi. Padahal setelah beli, besoknya ngintip harga lagi di maskapai dan jam yang sama, turun sampai selisih 1 juta per orang. Dikali empat orang? Bayangkan, 4 juta rupiah melayang begitu saja hanya beda sehari akibat ketidak sabaran. Kalau dipake buat makan, atau beli barang, kan lumayan 4 juta.
Beli tiket Aegean di mytrip.com, itu sudah yang termurah dari skyscanner. Harga total 8.568.000 rupiah untuk empat orang. Jadi sekitar 2 juta 142 ribu per orang. Harga gagal buat ukuran backpacking, budget traveling. Kalo sabar dan beli besoknya, bisa hemat hampir setengahnya. Tapi kembali lagi, buat nyenengin hati juga, budget yang keluar jauh lebih murah dibandingin pengalaman di ‘wahana kota’ Venesia dan Athena.
Salah satu hiburan juga di pesawat, kita bisa melihat pemandangan berbeda-beda dari balik jendela pesawat. Yang agak menghibur lagi, di penerbangan Aegean ini, kita dapat makan. hehe penting ya..
Dari bandara Internasional Eleftherios Venizelos Athena, naik kereta ke stasiun Syntagma di pusat kota. Tiketnya 7.5 Euro per orang dewasa. Anak-anak dikenai harga separuhnya. Dari stasiun Syntagma, lanjut ke stasiun Akropolis dekat lokasi kami menginap. Beli tiket lagi 2.5 Euro perorang dewasa. Di Athena, kami beli tiket transportasi eceran karena gak berencana bakal banyak naik transportasi umum. Penginapan kami ada di pusat kota dan pusat wisata juga. Jadi ke mana-mana tinggal jalan kaki.
Athena – Jakarta dengan Scoot
Pulang ke Indonesia dari Athena transit Singapura, lanjut penerbangan Jakarta naik scoot lagi. Total harga tiket berempat Rp 12.516.000 belinya di Traveloka. Sengaja pulang dari Athena, selain tiket Scoot yang murah, juga biar dapat suasana negara dan kota yang beda. Lagipula Scoot dari Indonesia tujuan Eropa waktu itu baru ada dari dan ke Berlin serta Athena.
Yang perlu diingat juga soal trip penerbangan di Eropa, adalah lokasi bandara. Lokasi antara hotel, destinasi yang kita mau eksplor, dan bandara. Karena rata-rata lokasi bandara, agak keluar dari pusat kota. Perhitungkan transportasi dan biayanya. Tinggal tergantung selera, mau dikalahin yang mana. Atau ambil tengah-tengahnya. Satu yang pasti, jadwal transportasi umum Eropa bisa diandalin ketepatan waktunya.
Secara umum, trip dengan pesawat murah Eropa bisa diandalkan. Ada beberapa delay, tapi gak terlalu lama. Malah buat kami, di beberapa kasus, delay ini jadi agak menguntungkan. Jadi gak terlalu terburu-buru dan deg-degan, waktu check in dan boardingnya. Apalagi yang penerbangan pagi. Untuk keselamatan dan kenyamanan, Eropa gitu loh. Standarnya sudah teruji. Dan memang patut diapresiasi, contoh kecilnya saat pesawat mendarat di Athena dengan Aegean, landingnya bener-bener halus sampai gak berasa ada hentakan ban dengan jalan. Kontan, satu pesawat, tepuk tangan dong. Kalau boleh lepas sabuk, mungkin mereka pada standing applause.
Total dalam perjalanan kali ini, terbilang enam kali penerbangan lintas negara. Sekalian sambil jajal maskapai murahnya Eropa. Kalau di rekap lagi, penerbangannya meliputi:
1. Jakarta ā Singapura ā Berlin (Scoot)
2. Berlin ā Amsterdam (easyJet)
3. Paris ā Madrid (Air Europa)
4. Barcelona ā Venezia (Ryanair)
5. Venezia ā Athena (Aegean)
6. Athena-Singapura-Jakarta (Scoot)
Total cost pesawat selama perjalanan 16 hari 7 kota ke eropa Rp 43.382.500. Pengeluaran ini sudah hampir setengahnya dari budget total yang kami siapkan untuk 4 orang (dua dewasa + 2 anak).
Jadi untuk eurotrip, budget transportasi atau tiket pesawat memang kuncinya. Makin banyak negara yang disinggahi, bisa makin besar juga budgetnya. Kalau misal hanya menikmati dua, tiga, atau empat kota/negara, bisa lebih ditekan lagi budgetnya. Tapi kan sayang juga ya, sudah jauh-jauh, tapi gak sekalian eksplor negara-negara Eropa lainnya. Walaupun harus mengurangi jatah tidur, mengatur tinggi dan beban bawaan, dan di pesawat gak bisa selonjoran. Ah yang penting terlaksana, dan bahagia. Karena kami bukan seperti mereka, yang bisa kapan saja bolak balik ke Eropa.
Great content! Super high-quality! Keep it up! š
Thanks š
Good info, thanks for sharing
Terima kasih sudah mampir ke ajakanak.com
Top of the top…
Pengalaman yg luar biasa. Pingin coba jadinya…
Terima kasih sudah berkunjung ke ajakanak.com Semoga bisa segera dicoba jalan-jalannya:)
I am extremely inspired together with your writing talents
and also with the layout for your blog. Is this a
paid topic or did you modify it yourself? Anyway
stay up the excellent quality writing, it is rare to peer
a nice blog like this one these days..
Aku saluuut kalian bisa hanya membawa ransel tanpa bagasi. Ntah kapan aku bisa gitu :D.
Tp rute2nya ini bisa aku tiru nih . THN depan plan itu bakal ke Eropa soalnya. Walopun blm nentuin bakal ke mana aja. Secara wabah msh merajalela.
Scoot sbnrnya aku suka, pesawatnya bgs, bersih .. tp sempet trauma naik ini. Trakhir kali aku naik Scoot itu pas ke HK, dan dia seenaknya reschedule jdwal TANPA NOTIFICATION apapun. Aku udh cek spam, SMS, email, ga ada 1 pun pemberitahuan dr dia kalo jdwal bakal diganti. Akibatnya, aku terlunta2 di bandara dr jam 10 malam, sampe 10 pagi di HKIA. Trus counter mereka di bandara ga ada staff pula. Staffnya br nongol jam 10 pagi. Sejak itu msh trauma naik ini. To kalo cuma jarak Deket aja misal ke sing, ya gpp. Krn sbnrnya dr sisi makanan, pesawat, kebersihan, website semuanya bgs :). Servicenya aja yg bikin aku serem :D.
Ini juga pertama kali kita naik Scoot dan uda langsung delay aja di penerbangan pertama menuju Sing. Untungnya ada pemberitahuannya sih. Efeknya ya itu karena connecting flight ke Berlin naik scoot juga dari Sing kita lari-larian di Changi. Pengalamanku pas kita di Changi petugasnya tetap helpful. Secara ini maskapai murah, aku gak expect macam-macam juga. Sayang ya mbak pengalamanmu gak enak sama maskapai ini. Semoga tahun depan banyak pilihan maskapai murah lagi. Mestinya setelah tahun ini penerbangan terpukul karena pandemi, tahun depan bisa jadi promosi besar-besaran. Hope so..
Waduh baru nemu nih blog, keren..
Hebat keliling eropa cuma bawa tas ransel, bisa nih colek2 pasangan (istri) yang selalu harus pake koper kemana2.. mudah2an dia bisa tobat bawa koper-koper yang besar itu kalo traveling.. hahahaha..
Tentunya setelah pandemi ini selesai ya..
Btw itu ransel-ranselnya yang ukuran berapa ya mas ? kok kayak tas buat camping/ kegunung ?, tapi masih bisa masuk cabin ? Soalnya pengalaman bawa ransel kecil doank tapi isinya penuh (sama oleh-oleh) pas mau naik maskapai A** A*** gak boleh masuk kabin sama pihak maskapai, jadilah kita bongkar2 tas dan koper di bandara.
Hai salam kenal,
Ranselnya memang yang biasa kami pakai naik gunung. Dua ransel ukuran sekitar 50-60 liter. Dua lainnya daypack agak besar ukuran 40an liter. Yang utama sih soal berat. Waktu itu kami selalu usahakan setiap ransel selalu berada di bawah 7kg beratnya. Sebelum berangkat pakai simulasi menimbang ransel segala hehehe… Jadi sudah bisa diperkirakan sampai batas mana ransel bisa dibuat penuh. Kalau ada yang berat-berat kami bagi-bagi agak rata di empat ransel yang kami bawa. Untuk oleh-oleh memang jadi terbatas. Kami gak beli yang sekiranya berat dan menambah beban di perjalanan. Alhamdulillah, semua ransel kami selalu welcome masuk kabin pesawat.
Btw, terima kasih sudah mampir di ajakanak. Semoga apa yang kami share di sini bermanfaat