Pantai Pasir Perawan, Rekomendasi Tempat Camping di Pulau Pari
Kalau ada pertanyaan ke saya sekarang, pantai mana sih yang asik buat camping, saya bakal jawab Pantai Pasir Perawan di Pulau Pari, salah satunya. Ini sebab saya beserta keluarga dan sejumlah kolega yang sudah seperti keluarga, pernah ke sana. Kalau mau cari pantai yang tenang, pasir putih, campsite yang bersih dan yang paling penting murah meriah cocoklah sudah.
Pulau Pari masuk dalam area Kabupaten Kepulauan Seribu, Provinsi DKI Jakarta. Jaraknya dari daratan Jakarta lebih dekat dibanding Pulau Pramuka, yang menjadi ibukota Kepulauan Seribu. Gimana cara ke Pulau Pari bisa dibaca di Perjalanan Penuh Drama ke Pulau Pari. Nah bagian ini saya mau cerita gimana rasanya camping di Pulau Pari.
Luas pulau Pari gak sampe 1km2. Penduduk yang tinggal di sini pun gak nyampe seribu kepala keluarga. Keliling pulau Pari bisa pake sepeda aja, sewanya sekitar 15-20 ribu rupiah seharian. Karena tujuan utamanya adalah camping, maka begitu turun kapal dari dermaga Pulau Pari ambil arah kanan langsung menuju Pantai Pasir Perawan. Cukup jalan kaki aja, sekalian mapping lokasi. Tapi sebenernya kalau kita males jalan kaki bisa naik odong-odong roda tiga. Bayarnya 5 ribu rupiah perorang. Odong-odong ini bisa muat sampe 10 orang lho, meskipun keliatannya over kapasitas. Cuma ya gitu, di pulau mah bebas, gak ada aturan lalu lintas di sini… Jalan yang ada memang cuma selebar gang yang cuma bisa dilalui orang, sepeda, dan kendaraan bermotor roda dua yang jumlahnya juga terbatas. Selebihnya gak ada kendaraan bermotor lain.
Untuk bisa camping di Pantai Pasir Perawan cukup membayar 15 ribu rupiah perorang. Tarif berlaku untuk dewasa aja. Anak kecil masuk gratis. Asik kan? Peralatan camping kalau nggak bawa, bisa sewa tenda 60 ribu rupiah perhari muat untuk 4 orang. Listrik di sini nyala 24 jam. Kalau malam di lokasi camping ada instalasi lampu yang sudah dipasangi warga sebagai pengelola. Untuk ngecharge gadget bisa di warung-warung pinggir pantai gratis. Udah termasuk service kata petugas yang kita temui waktu registrasi sebelumnya.
Keberadaan warung membuat kita gak perlu repot kalau males masak. Tinggal beli aja. Harganya juga masih terjangkau. Sekali makan sekitar 20-25 ribu tergantung menu apa. Kalau cuma mi instan misalnya atau nasi goreng ya lebih murah lagi. Air mineral kemasan juga harganya masih wajar untuk ukuran pulau.
Di Pantai Pasir Perawan, mushola juga tersedia lengkap dengan peralatan shalat. Sehingga Keano dan Lana gak perlu bawa sarung dan mukena untuk bisa shalat di sana. Yang bayar cuma kamar mandi aja. Sekali mandi lima ribu. Kalau BAK atau BAB, dua ribu rupiah. Menurut saya ini juga masih normal untuk ukuran pulau di mana persediaan air tawar mereka sangat terbatas. Inget ya.. plis meskipun kita udah bayar tolong hemat air di sini. Sebab air tanah adalah milik bersama demi kemaslahatan bersama warga pulau juga.
Bisa ngapain aja di Pulau Pari? Yang pasti bisa main di pantai. Pantai di sini pasirnya putih banget. Perairannya yang berhadapan dengan Pantai Pasir Perawan juga tenang banget hampir gak ada gelombang. Mungkin karena gelombang terhalang sejumlah gosong pasir yang terbentuk seolah membentengi pulau. Itu sebabnya pantai malah jadi seperti laguna. Enak banget buat berenang, dan gak terlalu kuatir kalau kita bawa anak kecil.
Selain berenang, di pantai bisa sewa kano. Mestinya perjam 60 ribu, tapi entah kenapa setelah sewa dibiarin aja main sampai puas sama abangnya. Mungkin karena waktu kami ke sana kondisinya juga sedang sepi. Jadi terserah deh itu kano mau dipake sampe kapan dari pada dibiarin nganggur. Ada beberapa pilihan aktivitas lain juga sebenernya seperti snorkling atau menyusuri hutan bakau dengan perahu. Cuma, namanya anak-anak main di pantai aja udah seru sendiri. Jadi ya sudah nggak ke mana-mana.
Selain kano, permainan seru yang gratisan adalah main ayunan. Mungkin terdengar biasa, tapiii entah awalnya gimana ayunan jadi permainan ekstrem. Yang main maksudnya yang ekstrem, terutama Keano sih. Ayunan yang biasa buat foto syantik di instagram dijadikan ajang melontarkan tubuh ke udara terus nyemplung deh ke pantai. Keano seneng banget main ini. Sampe koprol segala di udara. Sebelum Keano action kaya gini, sebenernya udah diuji coba oleh para bapak dulu. Jadi untuk ukuran kami, masih terbilang aman. Kedalaman airnya cukup dan gak berpotensi mentok ke dasar.
Sehari semalam cukup puas di Pulau Pari. Selesai makan siang kami langsung beberes menuju dermaga. Kali ini karena kondisi sudah capek gak jalan kaki lagi. Naik odong-odong aja meskipun dengan hati deg-degan karena suka oleng ke kiri dan ke kanan.
Jam empat dari Pulau Pari, sampai Pelabuhan Kali Adem di Muara Karang pas banget waktu Maghrib. Bus TransJakarta udah gak masuk pelabuhan lagi. Kata orang-orang, bus terakhir masuk jam 4 sore. Jadilah keluar kawasan pelabuhan kami kembali naik odong-odong lagi. Bayarnya 5 ribu rupiah perorang. Di luar kawasan, baru deh akhirya tercapai cita-cita naik busway. Pas banget kosong, jadi hampir seluruh bus isinya rombongan kami kecuali satu pasangan muda yang juga baru pulang dari Pulau Pari. Busway rute Kali Adem-Stasiun Jakarta Kota berukuran kecil, karena merupakan bus penghubung.
Dari Stasiun Kota kami kembali naik commuter line jurusan Depok. Udah capek, dekil, dan gosong karena kepanasan di pantai. Tapi gak papalah, ada pengalaman lain yang jauh berharga kami bawa pulang. Sebuah cerita kebersamaan di Pulau Pari.