Kowloon: Jalan Kaki, Star Ferry, dan Nikmatnya Kari (Hong Kong Day #1)
Jalan-jalan ke Hong Kong kami mempunyai waktu sekitar lima hari buat mengeksplor negeri bekas koloni Inggris ini. Itu di luar perjalanan, jalan-jalan ke Makau, dipotong Shen Zhen, dan transit maksimal di Kuala Lumpur. Dengan waktu segitu, kami membagi dua wilayah buat dijadiin home base. Kowloon dan Causeway Bay–atau Pulau Hong Kong. Untuk awal, kami pilih Kowloon jadi home base dan daerah edar kami selama dua hari pertama di Hong Kong.
Kowloon adalah kawasan perkotaan Hong Kong yang berbentuk semenanjung. Terpisah dari pulau Hong Kong, wilayah Kowloon menempel dengan Cina Daratan.
Kowloon memiliki kepadatan penduduk yang tinggi. Data tahun 2006 saja, lebih dari 43 ribu jiwa tinggal berdesakan dalam setiap kilometer persegi wilayahnya. Dua hari pertama di Hong Kong, kami menginap di kawasan ini. Lokasinya mudah dijangkau dari bandara. Pilihan kami waktu itu naik bus. Lebih murah dibanding naik kereta Airport express, dan tetap nyaman. Petunjuk arah di bandara menuju halte bus sangat mudah diikuti. Terpampang besar-besar dan menggunakan dua bahasa, Cina serta Inggris. Kami naik bis A21, dan turun di Jordan, daerah tempat kami menginap.
Memasuki bagian kota, rapatnya permukiman mulai tampak. Di sini, orang-orang tinggal di bangunan vertikal. Jangan bayangkan kemewahan apartemen ala Jakarta ada di semua gedung vertikal di sini, karena sebagian besar kondisinya jauh dari kata ini. Tinggal di bangunan tinggi sudah menjadi kebutuhan karena mahalnya harga lahan. Banyak bangunan catnya juga kusam dan terkesan kumuh. Gedung-gedung permukiman di Kowloon, bagian bawahnya digunakan untuk aktivitas perdagangan. Lorong masuk bagi penghuni menuju lift biasanya sangat sempit dan hanya cukup untuk berpapasan dua orang saja, macam gang senggol kira-kira.
Di tengah padatnya penduduk, transportasi massal menjadi andalan. Ke mana-mana bisa ditempuh dengan bus dan kereta bawah tanah yang nyaman ber-ac. Waktu tunggunya juga gak lama dan terjadwal. Yah bayangin aja, nyari lahan hunian aja sudah susah. Orang-orang di sini kalau punya mobil pribadi juga pusing mau naruhnya di mana. Harga sewa lahan parkir, bisa jadi lebih mahal dari harga mobilnya sendiri. Kalau mau browsing-browsing, sewa lahan parkir di Hong Kong malah bisa lebih tinggi dari harga sewa apartemen.
Tiba di hotel, istirahat sebentar. Setelah itu tancap jalan-jalan. Jalan kaki. Dari hotel, menyusuri Nathan Road yang panjang, dimulai dari Jordan menuju Tsim Sha Tsui (TST), dan ke Victoria Harbour, pelabuhan buat nyeberang pakai star ferry. Nathan Road ini adalah jalan utama, jalan protokol di Kowloon yang di kiri kanannya dipenuhi oleh toko, pusat perbelanjaan, dan penginapan, mulai dari kelas hotel sampai hostel.
Hong Kong banyak dikunjungi, terutama bagi penggila belanja. Produk-produk fashion terbaru, bermerk, dan berkelas jadi incaran wisatawan. Jadi gimanapun itu mahal biaya menginap di negeri bekas koloni Inggris ini, Hong Kong tetap jadi destinasi favorit.
Buat keluarga kami yang punya motto jalan-jalan murah, ekstra budget tentu saja harus disiapkan untuk bayar penginapan. Biasanya budget travelers mencari apartemen-apartemen penduduk yang disewakan. Ini lumrah di Hong Kong. Dibanding tinggal di hotel, perbedaan harganya lumayan. Chungking Mansions di Nathan Road, Tsim Sha Tsui, adalah salah satu yang populer. Biasanya si pengelola punya sejumlah kamar di satu bangunan. Dalam satu bangunan bisa ada lebih dari satu pengelola. Jadi kalau dapat beberapa nama hostel berbeda waktu booking online misalnya, lokasinya bisa aja di situ-situ juga.
Demi keamanan dan kenyamanan Lana dan Keano, di hari pertama kami sengaja gak tinggal di budget hostel. Cek ombak dulu hehehe.. Soalnya dari beberapa review yang kami baca sejumlah tempat, Chungking Mansions ini gak kids friendly.
Kowloon Park |
Masih jalan-jalan di Nathan Road TST, gak jauh dari Chungking Mansions, salah satu yang bikin seger daerah ini, dan juga sangat kids friendly adalah Kowloon Park. Taman kota ini cukup rindang, hijau, dan banyak ornamen-ornamen patung seperti tokoh-tokoh film atau action figure kartun Jepang.
Kami gak berlama-lama di sini, sekadar lewat dan tengak tengok dulu saja. Takut kesorean. Masih banyak tujuan berikutnya dalam antrean. Kowloon park diskip dulu buat besok paginya.
Persis di sebelah Kowloon Park, ada Kowloon Mosque, masjid sekaligus islamic centre yang terhitung besar di Hong Kong. Masjid ini cukup strategis, karena memang berada di pusat keramaian Tsim Sha Tsui, daerah wisata, dan biasa jadi tempat tinggal dan beredarnya wisatawan atau backpacker.
Sama seperti Kowloon Park, eksplor suasana juga bangunan atau arsitektur Kowloon Mosque diskip dulu buat besok.
Terus berjalan sampai ke ujung Nathan Road, kami sampai di area Victoria Harbour. Sempat mampir di 1881 heritage, salah satu tempat belanja. Sejumlah bangunan bertema Victoria, peninggalan kolonial Inggris masih dipelihara. Dulunya bangunan ini pernah jadi markas Polisi Perairan Hong Kong.
Salah satu target utama hari itu sampai kami jalan kaki dari Jordan ke Victoria Harbour adalah naik kapal ferry. Moda transportasi legendaris Hong Kong sejak 1888 ini sudah jadi atraksi wisata tersendiri buat wisatawan yang ke Hong Kong. Sore hingga malam di sini, pemandangan dan suasananya enak banget.
Di hari pertama ini, kami memang langsung memasukkan The Peak jadi tujuan utama, salah satu tempat yang mesti dikunjungi kalau ke Hong Kong. The Peak adanya di Pulau Hong Kong. Dari wilayah Kowloon kami menyeberang naik Ferry. Jadi dalam sehari itu, star ferry, peak tram, dan The Peak bisa sekaligus kami jajal. Cerita tentang star ferry dan jalan-jalan ke The Peak ada di sini
Pulang dari The Peak sudah malam, nyebrang naik ferry lagi dengan suasana berbeda. Pemandangan malam dengan gedung-gedung tinggi dan lampu-lampunya yang keren. Dari terminal pelabuhan ke Jordan, kali ini gak jalan kaki. Tapi naik bis no 2. Bis ini jalurnya tetap menyusuri Nathan Road, mulai dari TST, Jordan, Yau Ma Tei, Mongkok, dan seterusnya.
Meskipun sudah makan saat di The Peak, perjalanan menuju hotel membuat kita lapar lagi. Mampirlah ke sebuah restoran halal Pakistan. Namanya Ah Lung Pakistan Halal Food. Tapi kami gak liat penampakan penjual keturunan Pakistan. Yang jaga kasir sampai pelayannya, semua berkulit kuning dan mata sipit. Gak nanya juga sih, ke mana orang Pakistan-nya hehehe..
Menunya di sini kebanyakan kari. Karinya gak main-main, kental banget dan porsinya besar-besar. Jadi kalau makan sama anak, satu porsi bisa untuk berdua. Tinggal tambah nasinya saja. Rasanya nendang banget buat perut yang kriuk-kriuk diajak jalan terus. Meski terpampang besar tulisan halal food, resto ini menyediakan minuman beralkohol sejenis beer.
Pilihan makanan lain ada gerai-gerai seafood di pasar malam. Di area Temple street. Menu kepiting jadi favorit di sini. Aneka seafood segar bisa dipilih pembeli untuk langsung dimasak di tempat. Sayangnya kami gak sempat nyobain street food ini. Perutnya udah kenyang sama kari.
Jalan kaki menuju hotel, kami mampir di Temple Street Night Market. Ini salah satu pasar malam populer buat wisatawan. Bukanya mulai matahari tenggelam sampai tengah malam. Bisa belanja murah meriah untuk oleh-oleh. Tempelan kulkas, gantungan kunci, lighter hingga beragam aksesoris harganya murah-murah ketimbang beli di toko. Banyak juga lapak penjual tas branded. Cuma statusnya KW. Meski kualitasnya bagus, saya gak suka beli barang KW. Kalau gak ada cukup uang buat beli barang ori, mending saya gak punya.
Ah Lung Halal Food, Temple Street Night Market, dan hotel kami tempat menginap memang masih di satu kawasan di Jordan. Cuma beda gang doang. Jadi, tinggal jalan kaki saja.
Lokasi hotelnya memang cukup strategis. Selain dekat pasar malam Temple Street, deket pula sama stasiun kereta bawah tanah. Posisinya ada di antara stasiun MTR Jordan di jalur merah, dan stasiun MTR Austin di jalur ungu. Namanya West Hotel di jalan Wai Ching . Kalau liat kategori termasuk hotel bintang 3. Satu jalan sama hotel ini, ada toko yang menjual beragam produk Indonesia. Yang jualan ncik-ncik. Barangnya mulai dari Indomie, Mie Sedap sampe aneka jajanan macam keripik singkong Kusuka. Nama tokonya juga khas Indonesia, Luwih Jaya.
Di hotel kami memilih family room. Ada dua kasur yang lumayan gede di dalamnya. Pas lah buat bawa dua anak yang badannya sebentar lagi menyaingi orang dewasa. Fasilitasnya lumayan lengkap. TV, pemanas air, hot water, ada sofa juga tersedia. Anak-anak lumayan bisa jumpalitan di kamar. Selama di Hong Kong, ini kamar paling mewah yang kita tempati. Berikutnya kami coba nginep di kamar low budget. Di dalam kamar cuma cukup buat kasur aja dan sebuah kamar mandi kecil. Ceritanya setelah ini ya..
Bersambung…
Kowloon Hong Kong: Wisata Mata yang Bikin Sehat Raga dan Dana (Hong Kong Day #2)
****