Bukit Mantar, Berwisata ke Negeri di Atas Awan Sumbawa
Bukit Mantar terletak di kecamatan Pototano, Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat. Bukit Mantar ini sering disebut sebagai Negeri di Atas Awan dari Sumbawa. Sebab, kalau kita berada di Bukit Mantar Sumbawa saat sunrise, pemandangannya luar biasa. Kita akan tampak lebih tinggi dibanding awan yang melayang di bawah kaki kita.
Bukit Mantar tak terlalu jauh jaraknya dari Pelabuhan Poto Tano Sumbawa. Cuma harus hati-hati kalau ke sana mengikuti peta dari Google. Kami sempat diarahkan lewat jalan yang salah. Mana malam-malam pula. Lepas Isya, saat kapal yang membawa mobil kami dari Lombok menuju Sumbawa merapat, langsung tancap gas menuju Mantar. Titik yang dituju adalah Mantar Paragliding Flying Site. Ternyata kita diarahkan menuju jalan yang salah. Jalur ini nggak bisa dilalui mobil ke atas. Di ujung kampung, nanya warga setempat, akhirnya diarahkan menuju jalan yang semestinya.
Sebagai panduan, lebih aman mengikuti titik Masjid Desa Mantar. Jadi dari Pelabuhan Poto Tano, ikuti jalan raya Senayan ke arah Seteluk. Nanti di jalan raya Seteluk cari belokan kanan menuju Mantar di sekitar desa Tapir Beru. Waktu kami ke sana ada plang besar di pinggir jalan menunjukkan arah Mantar. Dari sini tinggal ikuti jalan sampai ujung, yang berakhir di Desa Wisata Mantar. Tinggal tanya penduduk setempat, best spot Bukit Mantar. Nanti ditunjukkan tempat pengunjung biasa berkemah. Kami salah satunya.
Area camping di atas Bukit Mantar sudah rapi. Area parkir juga tersedia. Ada sejumlah warung dan saung untuk beristirahat. Kita juga bisa numpang ngecharge gadget di warung dan saung. Toiletnya kebersihannya pas-pasan. Menurut kami, toilet ini bagian terburuk di sini. Kalau dirawat lebih bersih, udahlah gak ada kurangnya Bukit Mantar sebagai tujuan wisata.
Jalan menuju Bukit Mantar dari Pelabuhan Poto Tano sudah mulus beraspal. Hanya saja mendekati kampung harus siap-siap dengan tanjakan-tanjakan curam dan berliku. Maklum saja, Desa Mantar benar-benar berada di atas bukit. Letaknya juga agak terpencil dari kampung-kampung yang lain. Jadi kalau ke sana banyak melewati kebun dan lahan-lahan kosong. Tantangan lainnya kalau malam menuju ke sini, nggak ada lampu jalan. Benar-benar gelap gulita di daerah sekitar tanjakan. Nanti begitu masuk kampung, baru terang lagi karena aliran listrik sudah masuk ke sini.
Bukit Mantar sendiri sebenarnya terus dibenahi, seiring semakin populernya tempat ini sebagai kawasan tujuan wisata. Jadi beberapa spot foto juga sudah disiapkan. Lucuklah. Bisa dibuat gaya-gayaan spotnya.
Di Bukit Mantar Sumbawa, pengunjung biasanya ramai saat sunrise. Karena itu banyak yang memilih datang sore atau malam hari untuk bermalam. Esoknya setelah selesai menikmati sunrise, banyak yang langsung turun untuk pulang. Ketinggian Bukit Mantar sekitar 630 mdpl. Kalau malam cukup dingin. Kalau siang panas, karena sinar matahari langsung ke puncak bukit.
Kami singgah di Bukit Mantar Sumbawa saat menjalani road trip dari Depok menuju Labuan Bajo selama 14 hari pulang pergi. Setelah Danau Tamblingan di Bali, inilah tempat camping yang berkesan selama perjalanan ini. Buat kami, Bukit Mantar terlalu cantik untuk dilewatkan kalau kita sudah berada di Sumbawa Barat. Mungkin gak salah kalau Bukit Mantar menjadi daerah tujuan wisata unggulan di kabupaten ini. Apalagi, selain bukitnya, Desa Mantar tak kalah menarik untuk dijelajahi. Deretan rumah panggung warna-warni menjadi pemandangan yang asik dinikmati.
Masuk ke Bukit Mantar nggak ada tiket masuk. Tapi kami dimintai biaya parkir Rp 20.000 rupiah permobil. Toilet seperti biasa bayar sekali masuk Rp 2.000. Harga makanan dan minuman normal-normal saja meskipun letaknya di atas bukit. Kalau nggak bawa kendaraan pribadi, biasanya pengunjung bisa naik ojek atau menyewa kendaraan dobel gardan dari Desa Tapir yang terletak di pinggir jalan raya Seteluk.
Juara emang kisah perjalanan keluarga Lana dan Keano ini. Inspiring banget buat yang mau travelling. Ditunggu kisah-kisah perjalanan selanjutnya.
Terima kasih. Semoga kita semua sehat-sehat terus dan bisa lanjut travelingnya