Transit Maksimal ala Singapura: Merlion Park, Makansutra, Wisata Changi
Singapura selalu menjadi tempat transit yang menyenangkan. Kalau waktu transitnya pendek, cukup menjelajah bandara Changi, waktupun berlalu tanpa terasa. Tapi kalau transitnya lebih dari 10 jam, kayak kami waktu itu, which is emang sengaja cari jadwal pesawatnya kaya gitu, bolehlah keluar dari bandara jalan-jalan masuk ke dalam kota. Apalagi masuk Singapura bebas visa. Tinggal lewati imigrasi saja. Siapkan boarding pass pesawat selanjutnya, buat ditunjukin ke petugas, untuk jaga-jaga kalau ditanya.
Kali ini kami transit di Singapura sepulang perjalanan menelusuri Thailand, Kamboja dan Vietnam, menembus perbatasan ketiga negara lewat jalur darat. Di sini kalau mau liat perjalanan lengkap ke tiga negara tersebut
Dari Tan Son Nhat International Airport, Ho Chi Minh City Vietnam, kami mendarat di Changi sekitar pukul 6 sore. Sementara flight selanjutnya menuju Jakarta baru esok hari jam 10an pagi. Jadi kami punya waktu cukuplah di negeri Singa.
Sebenernya buat penumpang transit kayak gini, ada tour gratis dari bandara keliling kota. Cuma daftarnya lumayan antri. Apalagi kami datang sudah sore, udah penuh juga kuota tour gratisan naik bus rombongan terakhir. Jadilah kami memutuskan jalan-jalan sendiri aja deh. Masing-masing bawa backpack, termasuk Lana dan Keano, sementara satu koper bawaan sudah masuk bagasi connecting flight dari Ho Chi Minh City.
Tujuan utama, makan malam di Gluttons Bay, di sana ada tempat makan ngehits namanya Makan Sutra. Dari bandara naik MRT turun di City Hall, lanjut jalan kaki. Makan Sutra letaknya di sebelah Esplanade Theatre.
Waktu ke Singapura sebelumnya, saya pengen banget makan kepiting Singapura yang famous itu, sayang belum kesampean. Dan sekaranglah saatnya.. yiiihaaa…
Untuk ukuran kami, Singapore Chili Crab itu gak murah. Gak selaras sama slogan jajan hemat kami. Tapi..sekali-sekali bolehlah ya, biaar gak penasaran hehehe.. jadilah beli menu isi 3 kepiting seharga 40 SGD. Kalo dirupiahkan waktu itu sekitar 400 ribu. Sekedar info ya, display makanan-makanan di sini sungguh bikin ngeces.. semua mau dan pengen. Tapi berhubung sudah pesen makanan yang agak mahal, jadilan niat suami beli menu lain diurungkan. Lagi pula porsi menu juga sudah cukup besar dan pas buat bertiga, saya, suami dan Lana. Keano belum suka makan pedas, jadinya dipesankan roast chicken.
Dan bener aja kepiting datang sepiring besar banget, dengan saus chili yang meleleh. Enak bangetlah, nasinya aja sampe nambah lagi. Untung pesan tambahan nasi gak pake lama. Jadi gak terlalu gantung makannya. Mau ngerem Lana makan juga agak susah gimana gitu..Bahagia banget anak ini menikmati makan malamnya.
Cita-cita makan kepiting Singapura, tunai malam ini. Jalan-jalan berlanjut dengan bahagia. Menyusuri kawasan Esplanade di malam hari.
Tapi sebenernya.. selain makan malam di Makansutra, cita-cita awal sengaja transit panjang di Singapura, yaitu biar bisa jalan-jalan dulu dan bayar ‘utang’ yang tertinggal; nonton Wonder Full Light & Water Spectacular Show. Jalan-jalan Singapura waktu itu gak kesampean. Tapi akibat lapar dan keasyikan sama si kepiting Singapura, jadi lupa dan gak ngeh sama tujuan awal. Mungkin, ini tanda-tanda kalau kami harus ke sini lagi lain kali hehe..
Menghabiskan malam, kami beristirahat di kursi-kursi beton yang tersedia sepanjang pedestrian. Rebahan tipis-tipis sebelum kembali ke Bandara Changi. MRT terakhir tersedia sekitar pukul 11 malam. Jangan sampe ketinggalan kereta kalau gak mau naksi taksi yang tarifnya bakal cukup menguras kantong.
Kalau tadi ke sininya kami turun di stasiun City Hall, kembali ke bandara kami memilih stasiun Raffles. Sekalian jalan-jalan dulu di Merlion Park. Sayang ngelewatin suasana malam di sini yang enak, lagi cerah. Pencahayaan yang pas dengan pemandangan ikon-ikon Singapura yang bertebaran, kaya Marina Bay Sands, gedung Art Science Museum, Esplanade Theatre, dan Singapore Flyer. Juga ngulang lagi jalan-jalan nyusurin jalur hotel Fullerton sampai ke stasiun Raffles.
Dan satu lagi yang cukup penting, mau foto-foto dulu di patung merlion. Buat tanda aja udah mampir ke sini (lagi) hehehe..
Lana dan Keano capek? Jelas.. wong perjalanan dari pagi mulai di Saigon HCMC Vietnam hampir gak berhenti kecuali pas bagian duduk enak dalam pesawat. Jalan kaki pun sebentar-sebentar harus istirahat biar anak-anak nggak cranky. Kadang, backpack mereka juga mesti kami yang bawa. Cuma semua bisa terlewati, hingga kami bisa kembali dengan selamat ke Changi. Waktunya bobok.. di bandara.
Enaknya Changi punya banyak spot buat bobok. Dan banyak penumpang yang begitu. Sebenernya ada lounge juga buat penumpang gratis tidur dan bermalam. Tapi, kami memilih tidur di family zone, dekat play ground, di mana anak-anak lanjut main di sini sampe jam 1 malam. Enaknya di family zone ada dispenser air panas gratis. Disediakan untuk membuat susu bagi keluarga yang membawa bayi dan balita. Dispenser itu bisa dimanfaatkan penumpang lain untuk bikin teh, kopi atau menyeduh mie instan gelasan, atau sebut saja Pop Mie hahahaha…
Bangun subuh, saya dan Lana menjelajah Changi usai salat subuh di prayer room yang tersedia. Berdasarkan pengamatan, ternyata ada juga yang tidur di musala. Kalau kami sih nggak menyarankan ini, karena tempatnya sempit. Kasian yang mau ibadah.
Dari prayer room, saya dan Lana menuju Entertainment Deck. Di sini ini tersedia macem-macem hiburan gratis. Game online dengan komputer desktop, playstation, sampai mini theatre. Ada sofa-sofa besar dan nyaman yang bisa buat bobok juga kalau malam. Tapi di sini rada dingin dan penuh juga. Udah paling bener deh tidur di Family Zone.
Di entertainment deck ada pintu keluar menuju taman yang juga digunakan sebagai smoking room. Yang bikin surprise ternyata banyak bunga matahari yang lagi mekar. Cakeeeep untuk foto-foto. Sayang cuma saya berdua Lana yang mampir ke sini. Soalnya suami masih di family zone, menunggui Keano yang masih tertidur pulas.
Cerita lengkap enaknya tidur nginap di bandara Changi Singapura, bisa lihat di sini.
*****