Road TripVideo

SUMATRA NOMADIC EXPERIENCE EPS#4

Ini bagian ke empat dari video perjalanan kami road trip lintas Sumatera, overlanding dari Depok ke titik nol kilometer, Sabang, Aceh. Melintasi pulau Sumatera lewat jalur lintas barat. Singgah di tempat-tempat bagus, setiap hari kami tidur berpindah-pindah. Karena itu perjalanan ini kami namakan Sumatra Nomadic Experience.

Selasa, 11 Januari 2022 kami beranjak meninggalkan Kota Manna, salah satu kecamatan sekaligus ibukota kabupaten Bengkulu Selatan. Ini sudah masuk hari ke lima perjalanan kami menyusuri Sumatra.

Manna ini kota kecil yang lumayan besar. Ada banyak pilihan penginapan di sini. Mungkin ini salah satu kota transit favorit di jalur lintas barat dari Lampung menuju Bengkulu. Setidaknya, kalau pengalaman kami sih begitu. Semalam sempat mampir ke beberapa penginapan lain liat-liat. Dan memang banyak parkir mobil tamu yang transit, istirahat sebelum sampai ke Bengkulu atau sebaliknya. Pagi-pagi habis sarapan sudah check out semua rata-rata untuk melanjutkan perjalanan.

Road trip lintas Sumatera ruas Manna ke Bengkulu perjalanan sekitar 3 sampai 4 jam. Di kampung-kampung dekat sini, hewan ternak masih banyak yang kelihatan keliaran di jalan. Kita sempet ketemu kelompok sapi yang sembarangan nyebrang. Untung masih sempet ngerem.

Pemandangan dari Manna ke Bengkulu cukup beragam, selain permukiman penduduk, kami juga melewati kebun sawit hingga tepian pantai. Total jarak yang harus ditempuh kira-kira 135 kilometer, menurut hitungan google maps. Nanti kalau sudah sampai Simpang Enam Tais, tandanya sekitar satu jam lagi sampailah ke kota Bengkulu.

Jam 9an dari Manna, sekitar jam 12 kami sudah tiba di Kota Bengkulu. Sesuai rencana awal, kita mau beresin roda si Bulmon di sini. Sejak dari Danau Ranau, di Ogan Komering Ulu Selatan, Sumatera Selatan, dari roda si Bulmon ada oli yang terus mengalir. Nggak ada bengkel yang bisa benerin ditambah lagi memang terbatasnya jumlah bengkel yang bisa mengatasi masalah sejenis mobil kami.

Di Bengkulu, berkat pertemanan di komunitas Land Rover, ada Om Indra yang bantuin kami. Sebelumnya cuma kenal lewat whatsapp, dikenalin sama teman lewat whatsapp juga. Om Indra ini aktifnya di komunitas vespa. Janjian ketemuan di sebuah pom bensin, om Indra nganterin kami ke bengkel yang ngehits dikalangan pecinta offroad Bengkulu. Si Om memandu perjalanan membelah kota Bengkulu naik vespa. Keren deh si Om.

Diantarlah kami ke sebuah tempat yang lebih mirip lapak parkiran. Gak ada plang nama bengkel, dan yang pasti kami gak nemu tempat ini waktu nyari-nyari rekomendasi bengkel di maps google. Katanya sih orang-orang ke sini karena tau dari mulut ke mulut. Legend katanya di kalangan penggiat offroad Bengkulu. Lokasinya ada di jalan Danau kalau nggak salah namanya.

Kamipun dikenalkan ke Pak Daud, atau biasa dipanggil Datuk Daud. Dari penampilannya aja nih, waaah.. kayanya pengalaman banget. Orangnya juga santai banget. Dengerin cerita kami sambil senyam senyum. Kayanya ini masalah enteng buat beliau. Semoga ya, bismillah bisa beres hari ini biar bisa lanjut perjalanan dengan aman dan nyaman..

Pak Daud ini punya beberapa teknisi. Tapi beliau juga turun langsung ngerjain mobil kami. Om Indra jasanya besar banget buat kami. Soalnya si Om juga nganterin Papa Herwin buat belanja sparepart di kota Bengkulu, yang baru pertama kali kami datangi.

Selain roda yang bermasalah, waktu di kota Manna sebenarnya starter juga bermasalah. Pagi pas mau berangkat, mobil gak bisa di starter. Sempat nyoba beberapa kali, baru akhirnya mesin menyala. Jadinya selama dari Manna sampai kota Bengkulu, kita gak matiin mesin. Takut gak bisa distarter lagi. Ke Pak Daud sempat minta dicek dan diberesin motor starternya. Atau kalo perlu diganti saja daripada bermasalah di jalan. Perjalanan kan masih panjang. Tapi setelah dilihat sebentar, Pak Daud dengen enteng dan pede bilang ini cuma bagian cut offnya saja yang sudah jelek. Sudah pengalaman, banyak yang begitu katanya.. Jadi akhirnya ganti cut offnya saja. Ternyata setelah diganti, aman dong sampai sekarang. Memang kalo senior dan pengalaman, terbukti sudah

Sekitar jam 5 mobil baru beres. Gara-gara ini ada beberapa rencana yang batal, diantaranya adalah puas-puas wisata kuliner Bengkulu. Tapi di waktu yang sedikit ini harus dimanfaatkan semaksimal mungkin. Mampirlah kami ke Rumah Pengasingan Bung Karno. Lewat doang karena tempatnya udah tutup. Tapi gpp lah yaaa, yang penting udah bisa liat meskipun cuma dari luarnya aja.

Bung Karno, Proklamator sekaligus presiden pertama Indonesia, diasingkan disini pada tahun 1938 sampai 1942. Penjajah Belanda takut banget sama sepak terjang Bung Karno sampai beberapa kali diasingkan, dan Bengkulu jadi salah satu lokasinya.

Sore itu kami juga mmapir ke Benteng Marlborough yang ada dikawasan kota tua Bengkulu. Lewat doang juga, nggak sampai parkir. Ini semacam kegiatan cadangan biar nanti kalau ditanya orang-orang, road trip lintas Sumatera saat di Bengkulu ke benteng Marlborough nggak? Bisa jawab langsung, mampir dong hehehe..

Tujuan utama sore ini adalah Pantai Panjang. Yang kalau saya nih, sama sekali nggak punya info apa-apa soal pantai ini. Cuma pernah denger entah dari mana dan belum sempet baca-baca pula. Parah deh pokoknya hehehe…

Tapi begitu sampai sini, Masya Allah, gak berhenti deh mengucap syukur alhamdulillah. Pas banget kita sampai di sini saat senja. Kalau sorean dikit sebenernya lebih asik sih, bisa muter-muter naik sepeda sewaan hahaha…

Tapi ini aja sudah bersyukur sepenuh hati. Mobil pas selesai diberesin, masih sempat deh datang ke salah satu spot tercantik di kota Bengkulu. Gak nyangka segini cakepnya.

Pasirnya putih, terus bentangnya panjaaang banget dan landai, Katanya sampai 7 kilometer ini panjang pantai. Ombaknya juga anteng banget. Sekilas jadi inget Kuta Bali. Terutama pemandangan sunsetnya yang aduhai. Dan kayak diberkahi banget, kami juga ketemu Pelangi di Pantai Panjang. Subhanallah. Cakepnya dobel-dobel. Bersyukur jadi orang Indonesia punya stok pantai bagus yang banyak banget. Toloonglah ya dikabar-kabari ke semua orang, pantai bagus gak Cuma ada di Bali hehehehe… biar rata gitu bagi-bagi pengunjungnya. Bengkulu ini juga punya lho pantai indah dan adanya di kota, mudah dicapai dari mana-mana.

Seperti biasa Keano udah ngebet mau main air. Tapi ya gimana udah agak gelap juga suasananya. Azan maghrib sudah manggil-manggil pula. Jadi Cuma bisa memandang-mandang aja. Senja dan matahari menjelang tenggelam, memang selalu magical. Menentramkan suasana batin siapapun yang memandangnya.

Wisata kuliner di Bengkulu baru tercapai saat malam hari. Kita makan di Ikan bakar 5225. Tempat ini selain enak masakannya, ngetop juga gara-gara ada di youtubenye Nex Carlos. Hehehe… kami memang suka nonton chanel Nex Carlos buat cari rekomendasi makanan. Apalagi, Bengkulu bukan kota yang familiar buat kami. Alamatnya ada di Jalan Mayjen Sutoyo. Tempat ini cukup famous, gak susah nyarinya.

Kita pesen ikan bakar dan cumi asam manis, tumis kangkung dan terong bakar. Yang jadi trademark di sini adalah ikan Jenihin ini enak banget ikannya. Lumuran bumbunya juga banyak. Anak-anak memang biasa makan ikan dan mereka doyan banget ikan ini. Waktu Nex Carlos kesini, pesannya juga ikan Jenihin, gak heran kalau di restoran ini orang jadinya seringnya bilang pesan ikan Nex Carlos. Nanti disajikan sama sayur asam, terus ada oseng tempe dan sambal dan lalapannya gratis. Masakannya enak, Cuma ada salah masak. Pesan cumi asam manis, jadinya goreng tepung.

Di sini, ada pengamen juga, Uniknya ngamennya pakai akordeon dan bawain lagu-lagu melayu. Yup pas lah memang. budaya Bengkulu memang mengakar pada budaya rumpun melayu. Asik sih dengerinnya. Jarang-jarang kan nonton langsung orang main akordeon.

Malam ini kami menginap di Kota Bengkulu. Ada guest house dekat rumah Om Indra katanya. Namanya Grand Mahakam. Murah meriah buat sejenak rebah. Kamarnya 205 ribu pakai AC dan luas ruangannya. Parkiran juga lega. Dan besoknya jam 7 pagi kita sudah check out dari hotel. Mesti lanjut perjalanan biar tepat waktu sampai Sabang.

Balik lagi deh ngaspal, tetap lewat jalur lintas Barat menuju Padang. Udara cerah, langit biru banget, pantai kembali manggil-manggil di tepi jalan.

Tergoda? Tentu hahahaa.. belum lama jalan kita mampir sebentar. Aduuh ini sih indah luar biasa. Longsoran tebingnya memang keliatan berbahaya, tapi kami berani naik karena melihat jejak-jejak roda truk yang keluar masuk sini.

Indonesia itu indah ya, dan kami baru sejengkal saja menjelajahinya. Baru secuil dari bagian besar pulau Sumatera. Semoga dilancarkan umur dan rejeki, biar bisa lihat banyak tempat indah lagi.

Terus ikuti perjalanan kami di channel ajak anak, episode Sumatra Nomadic Experience, road trip lintas pulau Sumatera, menuju titik nol Indonesia di Sabang. Baca juga 16 Hari Road Trip Depok-Kilometer Nol Sabang untuk itinerary lengkap perjalanan ini.

Ajak Anak

Hallo, kami Herwin-Yossie-Lana & Keano, keluarga dengan dua anak penggemar traveling. Backpacking, budget traveling, hiking, & camping bersama anak menjadi favorit kami. Di sini kami berbagi cerita traveling dan pengalaman bertualang. Dan percayalah, bagi anda yang suka traveling dan wisata petualangan, melakukannya bersama anak dan keluarga jauh lebih menantang, sekaligus menyenangkan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *