Jalan-jalan Imlek: Dari Takut Sampai Ketagihan Nonton Barongsay
Imlek: antara tradisi, Barongsay, Naga Liong, dan jalan-jalan di Mal
Berterima kasihlah kepada almarhum Gus Dur. Perayaan imlek di Indonesia memang gak bisa dilepaskan dari sosok presiden dan guru bangsa yang terkenal pluralis ini. Terobosannya mengeluarkan Keppres tahun 2000, sekaligus menghentikan Inpres tentang Agama Kepercayaan dan Adat Istiadat Cina yang sudah ada sejak tahun 1967, menjadi peristiwa bersejarah bagi warga keturunan Tionghoa dan seluruh bangsa ini. Setelahnya, masyarakat Tionghoa bisa dan bebas merayakan perhelatan kebudayaannya secara terbuka. Imlek juga kemudian menjadi hari libur nasional.
Tradisi perayaan tahun baru imlek, juga menjadi ‘tradisi’ bagi kami setiap tahunnya, untuk jalan-jalan mengajak anak ikut merasakan kemeriahan hari raya warga Tionghoa ini. Minggu-minggu jelang imlek atau pas di hari libur imlek, biasanya kami manfaatkan buat sekedar jalan-jalan mengisi weekendatau hari libur. Merasakan suasana akhir pekan yang berbeda.
Di sisi lain, imlek juga menjadi momen penting yang biasa dimanfaatkan oleh pengelola mal untuk menarik pengunjung. Seperti kami yang selalu menjadi ‘korban’ mal setiap tahunnya, sehingga rela ‘tur imlek’ hingga ke Pondok Indah Mall, Grand Indonesia, Lotte Avenue, Kota Kasablanka, dan Margo City Depok. Apalagi kalau malnya terbilang baru, seperti di Central Park (2012) dan Bay Walk Pluit (2015). Klop sudah, jadi kami bisa melihat perayaan Imlek, sekaligus penjajakan mal.
Imlek di Pondok Indah Mall, 2014 |
Kata “Imlek” sebenarnya hanya digunakan dan populer di Indonesia. Di Tiongkok menyebutnya “Guo Nian” atau “Xin Jia” yang berarti bulan baru. Sedangkan di barat lebih terkenal dengan sebutan Chinese New Year.
Dari hasil ‘tur imlek’ setiap tahunnya, bagi kami perayaan imlek di Central Park tahun 2012 bisa jadi masih yang terbaik sampai sekarang. Lokasi yang luas, outdoor, dan atraksi yang lebih kolosal jadi pertimbangannya.
Imlek di Central Park. Jalan-jalan di mal, bukan berarti hanya sekadar berjalan kaki. Terkadang diselingi tiduran dan merangkak J |
Imlek belum lengkap kalau gak ada lampion. Biasanya banyak digantung buat penghias, sekaligus bisa jadi lampu penerang. Makna lainnya, lampu bulat berwarna merah ini dipercaya sebagai penerang rezeki pengguna dan sekitarnya.
Selain lampion, atraksi naga Liong dan juga barongsay jadi menu wajib tontonan setiap imlek. Lana bisa sampai dua kali nonton di hari yang sama. Sesi siang dan sore, atau sesi sore dan malam. Padahal semua isi dari atraksinya sama saja, tetap saja dia anteng nonton paling depan nyelip-nyelip di antara penonton lain. Kalau Keano lain lagi, dia perlu adaptasi agak lama buat nonton barongsay lebih dekat. Biasanya ambil jarak dulu dan ancang-ancang dari jauh. Karena Keano gak nyaman dengan suara berisik musik pengiring barongsay, yang malah kadang bikin kaget pas musik baru mulai. Sedikit takut, dan maunya dekat-dekat sambil dipegang atau malah digendong.
Naga, hewan mitologi Tionghoa populer, simbolisasi sumber kebaikan dan kemakmuran. Naga juga melambangkan kejantanan dan kesuburan.
|
Atraksi naga liong plus kembang api di Central Park, 2012
|
Jalan-jalan pas perayaan imlek di mal sekitar Jakarta Barat atau Jakarta Utara, rasanya beda dengan di Jakarta Selatan atau Depok dan Cibubur misalnya. Aura di barat dan utara rasanya ‘lebih Tiongkok’ karena memang banyak pengunjung mal, warga keturunan Tionghoa.
Di Baywalk Pluit, aura Tionghoa sangat kental. Sudahlah ini perayaan imlek, para pengunjung yang datang juga dominan warga keturunan Tionghoa. Belum lagi pengisi acara hiburannya, para pemain sirkus didatangkan langsung dari Tiongkok. Penyanyi Putri Ayu juga lebih banyak menyanyikan lagu berbahasa Tiongkok/Mandarin. Yang menarik juga, band pengiring Putri Ayu ini sangat legend, alias sudah tua-tua, dan asli keturunan Tionghoa. Yang dalam bayangan saya, mungkin semua personil band yang bersahaja ini dulunya seperti yang digambarkan di film-film Hongkong; nge-gank. Atau minimal mereka nakalnya bareng sejak dari jaman mudanya :p
Imlek di Baywalk Pluit Mall, Februari 2015 |
Perayaan imlek juga identik dengan warna merah. Mulai dari lampion, baju tradisional cheongsam, barongsay, sampai dekorasi dan pernik-pernik lainnya biasanya dominan merah. Warna merah memang warna favorit orang Tionghoa. Merah dipercaya mebawa keberuntungan, kebahagiaan, kemakmuran, dan hal-hal positif lainnya. Makanya di perayaan imlek banyak dekorasi bernuansa merah, yang artinya imlek ini disambut dengan suka cita dan meriah. Begitu popolernya warna merah, bisa dilihat juga dari kata ‘angpau’ atau amplop kecil yang biasa dipakai buat nyecep, ini berasal dari kata “Hong Pao” yang berarti kantung merah.
Penyanyi Putri Ayu dalam nuansa merah imlek |
Selain melihat perayaan imlek, jalan-jalan imlek di mal juga biasanya sekalian buat belanja bulanan, atau malah sekedar buat penjajakan mal yang terbilang baru. Seperti di Baywalk Pluit, salah satu mal asyik di Jakarta yang mempunyai view langsung ke laut. Anak-anak senang bermain di waterfront, main-main di depan patung-patung lucu berbentuk ikan dan juga hiasan merak. Belum lagi setiap malam ada musical water fountain atau pertunjukan air mancur yang dipadukan dengan atraksi lampu di sisi luar mal yang langsung menghadap ke laut.
Area Waterfront, salah satu spot unggulan Baywalk Pluit Mall. Beli ‘es krim Korea’ juga. |
Di sisi lain, jalan-jalan di mal juga terkadang menimbulkan ‘perang batin’. Antara takut anak ‘tergiring hedonis konsumerisme’ (halah..) dan pemikiran kalau anak juga harus tahu lingkungan dan budaya sekitar. Belum lagi ini imlek, yang kalau-kalau bagi sebagian golongan garis keras mungkin berbeda pendapat, karena dianggap sudah ‘merestui’ dan merayakan perayaan umat agama lain. Tapi ah sudahlah, gak usah terlalu serius. “Gitu saja kok repot” kalau kata Gus Dur. Dan seperti kata Gus Dur juga, perayaan Imlek itu lebih mendekati proses tradisi dan budaya daripada ritual agama. Dan perayaan imlek juga gak ada urusan dengan agama. Jadi? … Gak usah ribet, orang ini cuma buat jalan-jalan saja kok. Dan, tahun depan, tetap menunggu ada apa lagi saat perayaan imlek. Dan tetap jalan-jalan imlek. Entah di mana.
***