Gara-gara Robot, Nemu Tempat Berbobot (PP – IPTEK TMII)
Efek Transformers The Ride, wahana hyper–realistic 3D di Universal Studio Singapura, yang menggabungkan kecanggihan roller coaster dengan animasi 3D, masih berasa sampai pulang. Jadi pas lihat foto dan ingat ada robot kuning di TMII yang mirip Bumblebee, segeralah meluncur manfaatin libur wiken. Sebelum-sebelumnya gak pernah lihat dan ada niat, buat masuk ke museum PP-IPTEK TMII ini. Taman Mini emang jadi salah satu tempat favorit, dan alternatif kami kalau libur pendek. Relatif dekat, variatif, dan murah. Bolak balik ke TMII, biasanya kami lebih sering main mainan kaya sepeda air atau bebek-bebekan, naik gondola, monorail, istana anak, atau ngadem sambil botram di bawah rumah adat di anjungan Aceh.
Jadi gara-gara si robot Transformers, tujuan kami ke TMII kali ini fokus ke Pusat Peragaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi di Taman Mini Indonesia Indah yang ada patung robot di depannya. Pas masuk, ternyata emang keren tempat ini. Cocok buat anak-anak (ortunya juga suka). Bisa main sambil belajar, dan nambah-nambah pengetahuan.
Depan Pintu masuk PP IPTEK TMII |
Beli tiket 16.500 rupiah per orang (umur 3 tahun ke atas dikenakan tiket), dari pintu masuk kami ambil arah yang ke kiri. Langsung ketemu buste atau patung kepala tokoh-tokoh dunia IPTEK, di antaranya Plato, Albert Einstein, dan Nicolas Copernicus. Gak jauh dari situ, ada sterteogram Dinosaurus, gambar acak kaya batik bugis yang di dalamnya tersembunyi bentuk dinosaurus. Kami berdiri di depannya dan nyari gambar dinosaurus. Yossie yang pertama nemu gambar dinosaurusnya. Saya sama Lana masih belum nemu juga. Sudah muter kemana-mana, balik lagi ke situ, akhirnya Lana berhasil lihat dinosaurus di stereogram. Sudah sampai mata jereng-jereng, saya masih belum nemu, padahal biasanya kalo yang tiga dimensi kaya gitu cepet nemunya. Ya udah lah nyerah saja. Mending jalan lagi ke tempat lain. Atau ngikut Keano yang asyik lihatin patung Dinosaurus yang bisa bergerak dan bersuara.
Taman Jurrasic dan Stereogram Dinosaurus |
Dari dinosaurus di Taman Jurrasic, lanjut jalan dan nemu Generator Pedal atau alat peraga yang kalau pedalnya dikayuh, lampu di depannya bisa nyala. Semakin cepat gowes, lampu yang nyala makin banyak dan makin terang. Prinsip kerjanya alat ini, tenaga gerak dari gowesan diubah jadi tenaga listrik.
Setelah itu lanjut ke bagian Listrik & Magnet yang ada di depan Generator Pedal tadi. Yang menarik perhatian dan pertama dicoba adalah Generator Van De Graaf. Caranya letakkan kedua telapak tangan di bola logam. Terus generatornya dinyalain (sama petugasnya). Lihat di cermin, rambut kita akan berdiri. Prinsipnya hampir kaya yang biasa kita mainin dulu, gosok-gosok penggaris, terus penggarisnya dideketin ke robekan kertas.
Semua nyobain si Generator Van De Graaf ini. Bola logam ini bisa nyetrum, kalau mesin lagi dalam posisi hidup kita sentuh, atau tangan kita baru megang bolanya.
Generator Pedal & Generator Van De Graaf |
Masih di area Listrik & Magnet, berikutnya ke alat peraga Bola Listrik. Jari kita sentuhin ke bola listrik, dan aliran listrik ngikutin ke mana jari bergerak. Menurut keterangan yang ada di sebelahnya, prinsip alat peraga ini, listrik akan mengalir dari potensial yang lebih tinggi ke potensial yang lebih rendah. Tubuh kita berpotensial rendah, jadi kalau jari didekatin ke bola listrik, maka kita memberikan jalan bagi listrik buat mengalir.
Dari bola listrik, lanjut ke Bola Melayang. Terus selanjutnya nyobain satu persatu alat peraga yang ada di area Listrik & Magnet ini, seperti saklar kontak, dan lainnya.
Bola Listrik & Bola Melayang |
Sebagian alat peraga di area Listrik & Magnet |
Makin seru pas kami masuk di wahana Getaran dan Gelombang. Salah satunya masuk Rumah Gempa, alat peraga simulasi gempa. Kami seolah sedang ada di dalam rumah, lengkap dengan kursi, meja dan hiasan dinding. Terus digoyang-goyang kaya ada gempa.
Ada tiga klaster di wahana Getaran dan Gelombang; klaster Bunyi, Getaran dan Tsunami. Lana Keano nyobain alat peraga tsunami di Tsunami Corner, sambil dijelasin proses terjadinya ombak dan tsunami. Tahu daah ngerti apa nggak. Tapi sepertinya, dan yakin saja kalau mereka ngerti.
Bikin tsunami, dengan alat peraga proses terjadinya tsunami |
Ada satu alat peraga lagi yang bikin Lana dan Keano tertarik. Alat peraga sepeda yang ada rangka manusia di sebelahnya. Di mana gerakan kita yang lagi gowes sepeda, diikutin sama persis oleh si skeleton itu. Jadi di sini kita bisa belajar dan lihat posisi kerangka atau tulang kita ketika bersepeda.
Sepedaan bareng skeleton |
Di Pusat Peragaan IPTEK TMII ini, gak cuma bisa mainin alat peraga. Tapi kami bisa nonton pertunjukan dan ada demo sains juga, salah satunya di auditorium. Di sini sains diperagakan secara sederhana dan interaktif dengan pengunjung. Selain demo sains, sebelumnya kami disuguhin film tentang sains.
Nonton film dan demo sains di auditorium |
Demo sains yang juga terjadwal di PP IPTEK TMII adalah peluncuran roket. Roket air. Roket ini dibikin dari botol plastik bekas, sejenis botol minuman soda yang 1,5 liter, yang disambung-sambung jadi berbentuk roket. Terus roket ini diisi air dan dipompa biar biar ada tekanan buat meluncur. Giliran Lana yang pompa, dan Keano yang pegang tombol peluncurnya. Seneng banget roketnya berhasil meluncur tinggi sampai ke tempat parkiran mobil.
Simulasi Peluncuran Roket |
Gak selesai di roket, masih banyak lagi wahana di sini. Selanjutnya ke Arena Peneliti Cilik dan Kids Corner. Begitu masuk ketemu labirin kaca, lorong-lorong bercabang dan berkelok, dengan kaca-kaca di dindingnya. Ada juga alat musik yang terbuat dari pipa warna warni. Yang paling disukai anak-anak di sini, adalah piano lantai atau piano injak. Lantai yang diwarnain kaya tuts piano, yang kalau diinjak ngeluarin bunyi nada doremi kaya piano beneran.
Kaki mulai pegel, tapi hasrat untuk main masih menggebu. Tanggung juga masih banyak yang mau dicoba. Salah satunya ke area optik dan cahaya. Di sini kami nyoba buktiin adanya efek tipuan mata atau optical illusion. Seperti di rumah-rumahan yang kalau diintip di luar lewat celah intip, di dua posisi yang beda, akan kelihatan beda ukuran. Selain itu, ada juga kaca atau cermin cembung dan cekung.
Akhirnya, selesai gak selesai, kumpul alias harus pulang. Badan lumayan gempor, perut juga sudah minta diisi. Setelah nyoba main piano angklung dan harpa tanpa dawai, sebelum keluar gedung PP IPTEK TMII mampir dulu ke area robotik.
Mampir di area Robotik, dan main harpa tanpa dawai juga piano angklung |
Banyak banget yang bisa dicoba dan dipelajari di PP IPTEK TMII ini. Muter hampir seharian, rasanya masih kurang. Walaupun hampir semua sudut sudah dijajal, masih banyak yang belum dieksplor. Masih penasaran juga sama sepeda kabelnya, yang waktu itu lagi tutup. Tapi kaki keburu pegel, dan juga sudah mau tutup. Ini tempat emang cocok buat jalan-jalan, sekaligus edukasi IPTEK ke anak-anak. Di sini, barang-barang gak cuma dipajang, tapi bisa disentuh dan dimainin. Gak ada istilah kata ‘dilihat boleh dipegang jangan’ atau ‘bukan untuk mainan’. Jadi anak-anak bebas-bebas saja.
Awalnya kami ke sini karena patung robot, ternyata tempat ini memang berbobot. Puas di PP IPTEK, sebelum pulang, muter-muter dulu nikmati sore di taman mini. Dan tetep, anak-anak pengen main lagi. Mumpung gak antre, sebagai closing, gondola atau kereta gantung jadi pilhan.
***