DestinasiEropa

East Side Gallery, Saksi Berakhirnya Perang Dingin di Berlin

Bagi generasi sekarang, Tembok Berlin mungkin sekedar cerita sejarah. Tapi, buat saya dan mungkin juga generasi 90an seumuran saya, mengingat lagi waktu nonton berita di TV ketika Tembok Berlin dihancurkan massa, saat itu beneran merinding. 9 November 1989, Tembok yang memisahkan kehidupan warga Berlin Timur dengan Berlin Barat selama 28 tahun, ternyata tak sanggup menahan besarnya people power yang haus kebebasan.

Runtuhnya tembok Berlin tahun 1989
Sumber: Reuters (via NYTimes)

Tembok Berlin mulai dibangun pada 13 Agustus 1961 oleh Jerman Timur untuk mencegah warganya menyeberang ke Jerman Barat. Usai perang dunia II, Jerman memang pecah. Jerman Timur beraliansi dengan Uni Soviet dengan sistem pemerintahan komunis. Sementara Jerman Barat menjadi sekutu Amerika dengan ideologi liberalnya. Perang dingin terjadi waktu itu antara Blok Timur yang dipimpin Uni Soviet, dengan Blok Barat yang berada di bawah komando Amerika Serikat. Saling intai, nikung dari belakang, kegiatan mata-mata dan konspirasi terjadi pada perang dingin ini. Kalau suka nonton film James Bond, atau Mission Impossible, naaah dua film ini sering banget ngejadiin perang dingin sebagai latar belakang ceritanya.

Merayakan kebebasan di tembok Berlin
Sumber: National Geographic.co.uk

Runtuhnya Tembok Berlin adalah bagian dari rangkaian sejarah yang menandai berakhirnya perang dingin. Blok Timur lantak. Uni Soviet pecah menjadi negara-negara kecil. Sedangkan setahun setelah Tembok Berlin runtuh, reunifikasi antara Jerman Timur dan Jerman Barat terjadi. Sisa-sisa tembok Berlin, yang memisahkan wilayah dengan haluan politik yang berbeda masih bisa dilihat di kawasan East Side Gallery.

Jembatan Oberbaum, landmark Sungai Spree yang berbentuk seperti kastil.
Kereta melintas di atas jembatan dilihat dari Kawasan East Side Gallery

Kalau kita ke Berlin, daya tarik sisa-sisa Tembok Berlin adalah sebuah godaan yang sulit dihindari. East side gallery terletak di kawasan Friedrichshain-Kreuzberg. Kalau naik kereta bisa turun di stasiun Berlin Warschauer Straße terus lanjut jalan kaki sekitar 10 menit ke arah Sungai Spree.

Jalan kaki dari stasiun Warschauer Straße sekitar 10 menit menuju East Side Gallery

Kenapa di sebut Gallery? Itu karena di tembok pemisah yang sekarang tersisa cuma sekitar 1.3 kilometer ini terdapat ratusan mural yang dilukis oleh 118 seniman yang berasal dari 21 negara. Ini yang membuat East Side Gallery sering disebut sebagai galeri terbuka terpanjang di dunia.

Karena konsepnya adalah ruang terbuka, datang ke sini ya gratis. Nggak ada tiket masuk. Bentangan temboknya pun berada di pinggir jalan, bersisian dengan sungai. Pengunjung bisa ke sini kapan saja. East Side Gallery menjadi lokasi berfoto yang asik. Sepanjang hari dan malam, tempat ini ramai terus apalagi di akhir pekan. Padahal dulunya di masa perang dingin, kapal patroli wara wiri terus di sepanjang Sungai Spree untuk menjaga perbatasan.

Penampakan bagian Tembok Berlin yang kini dijadikan East Side Gallery pada tahun 1988. Tembok yang dijadikan East Side Gallery adalah bagian dalam yang menghadap area Berlin Timur.
Sumber: https://www.eastsidegalleryberlin.de/

Salah satu mural yang paling terkenal adalah yang berjudul “Thank You, Andrei Sakharov”. Lukisan potret ini adalah karya Dmitri Vrubel dan Viktoria Timofeeva untuk menghormati ahli fisika nuklir asal Uni Soviet yang membangkang menjadi aktivis hak asasi manusia, Andrei Sakharov. Sakharov pada mulanya bekerja sebagai perancang senjata termonuklir bagi Soviet. Tapi kemudian ia menjadi seorang pengacara bagi kebebasan dan reformasi masyarakat sipil. Di negerinya, aktivitas Sakharov membuatnya harus berhadapan dengan persekusi dari pemerintah. Tapi dari masyarakat dunia, Sakharov justru mendapat anugerah Nobel Perdamaian tahun 1975. Ia meninggal dunia pada 1989, beberapa minggu sebelum Tembok Berlin runtuh.

Berfoto di depan lukisan potret Andrei Sakharov, peraih Nobel Perdamaian dunia asal Uni Soviet tahun 1975
Mural “Detour to The Japanese Sector”

Satu lagi mural unik adalah yang diberi judul “Detour to the Japanese Sector” yang dilukis seniman asal Jerman Timur, Thomas Klingenstein. Mural ini mengekspresikan keinginan sang seniman yang berhasrat untuk mengeksplorasi dan tinggal di Asia, suatu tempat di mana warga Jerman Timur pada masa lalu dilarang untuk bepergian atau banyak mempelajarinya. Buat saya sebagai orang Asia, aneh juga ya. Baru tau kalau di masa lalu ada larangan ini. Sang seniman, Klingenstein pernah dipenjara karena dianggap pembangkang oleh pemerintah Jerman Timur sebelum akhirnya diekstradisi ke Jerman Barat. Ia kemudian mewujudkan mimpinya untuk tinggal di Jepang mulai tahun 1984 hingga pertengahan 90an.

Selebihnya, mural-mural ini tentu saja sering menjadi korban vandalisme. Orang-orang Berlin itu gemar sekali bikin graffiti. Di mana-mana banyak coretan dinding. Bahkan sampai tempat yang paling susah dijangkau sekalipun ada graffiti. Upaya restorasi terus dilakukan pemerintah setempat untuk memperbaiki sejumlah mural yang dirusak.

Bagi kota Berlin, East Side Gallery adalah salah satu top tour sightseeing. Saran dari kami, kalau mau eksplorasi tempat ini paling enak jalan kaki menyusurinya. Bisa puas ngeliatin mural yang menghias sepanjang temboknya. Jangan lupa juga untuk menelusuri pinggir sungai. Tepian Sungai Spree ini cantik dan bersih. Banyak warga yang piknik juga di sini. Padahal ya, dulunya gak terhitung para penerobos perbatasan yang berakhir dengan tewas tenggelam di sungai ini.

Kapal yang dijadikan hotel terapung

Di tepian Sungai Spree juga ada kapal yang dijadikan hotel terapung. Kelasnya hotel bintang tiga. Lebih lengkap tentang hotel terapung ini bisa ditengok linknya https://www.eastern-comfort.com/english/ .

Jembatan Oberbaum dari tepian sungai kawasan East Side Gallery

Buat kami sendiri pemandangan yang menarik dari tepi sungai Spree adalah jembatan Oberbaum. Jembatan ini menjadi landmark yang menghubungkan antara Berlin Barat dengan Berlin Timur. Jembatan terdiri dari dua tingkat. Bagian bawah untuk lalulintas kendaraan bermotor dan penyeberangan orang. Bagian atas adalah perlintasan kereta. Jembatan ini dibuka tahun 1896 setelah masa pembangunan selama dua tahun.

Dari East Side Gallery, jalan kaki lanjut menuju jembatan Oberbaum. Penasaran juga mau mau merasakan melintasinya. Padahal kaki udah pegel-pegel. Lana dan Keano sebentar-sebentar mulai teriak capek. Untungnya Berlin sejuk banget di penghujung musim dingin. Keringat jadi gak keluar banyak. Anak-anak kami ajak jalan pelan-pelan.

Pedestrian di Jembatan Oberbaum
Tuna wisma mencari kehangatan di dalam jembatan. Hawa penghujung musim dingin masih menusuk tulang.

Suasana dalam jembatan jauh dari kesan glamour. Ini sih berasa masuk di film-film dengan latar belakang cerita kriminal di Eropa. Coretan dinding, pengemis, tuna wisma, ada semua. Aroma pesing juga tercium samar-samar. Bagian Berlin yang ini mungkin jarang kelihatan oleh wisatawan.

Ajak Anak

Hallo, kami Herwin-Yossie-Lana & Keano, keluarga dengan dua anak penggemar traveling. Backpacking, budget traveling, hiking, & camping bersama anak menjadi favorit kami. Di sini kami berbagi cerita traveling dan pengalaman bertualang. Dan percayalah, bagi anda yang suka traveling dan wisata petualangan, melakukannya bersama anak dan keluarga jauh lebih menantang, sekaligus menyenangkan.

3 komentar pada “East Side Gallery, Saksi Berakhirnya Perang Dingin di Berlin

  • 2010 yg lalu aku sempet kesini. Deket situ ada museum jg kayaknya, yg ttg sejarah Jerman barat dan timur. Diceritain cara2 org Jerman timur utk nyelundup masuk ke Jerman barat. Suka sih Ama tempat2 yg penuh sejarah gini mba. Dan melihat ini,nth Napa jd berharap juga Korut dan Korsel bisa reunifikasi suatu saat nanti seperti Jerman barat dan timur…

    Balas
    • Ajak Anak

      Iya betul ada museumnya juga. Cuma kita nggak masuk. Sekilas sih memang tempatnya kayak galeri mural aja cuma ternyata sejarahnya panjang dan menarik. Btw kalau ngomongin Korea apalagi reunifikasi aku malah jadi pengen nonton drakor hahaha

      Balas
  • Hastira

    kebayang kalau aku berdiri di sana,

    Balas

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *