Candi Bayon, Candi Seribu Wajah (Angkor Wat part 2)
Candi Bayon adalah candi kedua yang kami kunjungi di kawasan Angkor, Siem Reap Kamboja. Yang istimewa dari candi ini adalah relief wajah berukuran raksasa yang ada pada puncak-puncak bangunannya. Ada yang juga yang bilang, candi Bayon sebagai candi seribu wajah. Meski memang ada banyak wajah terukir di sini, gak tepat seribu juga sih jumlahnya.
Wajah-wajah yang terukir berukuran besar di Candi Bayon adalah wajah Avalokiteshvara yang sedang tersenyum. Jumlahnya ada 216, menghiasi 54 menaranya. Avalokiteshvara adalah perwujudan welas asih Sang Budha.
Setelah dari pagi banget sampai tengah hari keliling Angkor Wat yang lumayan luas (baca di sini), waktu tersisa kami maksimalkan buat jalan-jalan di dua candi lagi, yaitu candi Bayon dan Ta Prohm. Bisa dibilang, dua candi inilah –selain Angkor Wat– yang paling populer dan harus masuk daftar kunjungan kalau ke Angkor Wat.
Di komplek candi Bayon, hampir keseluruhan atau mungkin semuanya, candi dan menara-menaranya berelief wajah di ke empat sisinya. Sangat khas dan gampang dikenali. Dilihat dari kejauhan, misal waktu masih jalan di atas tuk-tuk, candi Bayon ini sudah bisa dikenali. Karena relief wajahnya lumayan besar dan ada di semua penjuru candi.
Kalau mau pemandangannya agak spekta, waktu paling bagus ke sini katanya saat senja. Cahaya lagi bagus-bagusnya. Tapi sekali lagi, kami gak punya kemewahan waktu. Udah bisa sampai sini aja sudah bersyukur, di tengah jadwal singgah ke banyak tempat yang pengen banget bisa kita singgahi semua. Jadilah siang-siang, pas matahari lagi semangat banget bersinar, kami keliling candi.
Saking panasnya, turis-turis berpayung pun seliweran keluar masuk lorong-lorong candi. Untung saja gak terlalu penuh, coba kalo antrean padat merayap, bisa kecolok-colok payung orang. Di luar boleh panasnya poll, tapi di dalem, sejuk. Cenderung lembab malah. Enak buat berteduh.
Dibanding Angkor Wat, luas Candi Bayon jauh lebih kecil. Keseluruhan situs bentuknya persegi. Tapi walaupun kecil, bisa saja kalau terpisah rombongan bisa cukup lama ketemunya lagi. Ada sedikit tips nih, simpel tapi penting. Diingat-ingat ya.. masuknya dari mana ketika datang, biar gak tersesat waktu keluar mau pulang hehehe.. Sebab sekilas, dari 4 penjuru, situs Candi Bayon kelihatan sama. Itu juga yang membuat kami sekeluarga terpisah, karena saya lupa di mana bagian depan candi, kalau tidak bisa dibilang tersesat hahaha…
Jadi ceritanya, Lana kebelet pipis. Harap diingat ya, ini kejadian yang lumrah kalau kita jalan-jalan bawa anak kecil. Sewaktu-waktu harus siap dengan anak yang mau pipis, haus, lapar, atau mendadak minta balik hotel karena kecapekan. Jadilah saya harus membawa Lana ke toilet umum, keluar dari candi. Waktu cari-cari suami dan Keano, gak ketemu. Yah sudahlah ya, daripada pipis di celana, segera kabur aja, dengan harapan, nanti bakal ketemuan di depan candi, tempat kita juga janjian sama supir tuktuk yang kita carter seharian.
Selesai dari toilet umum yang jaraknya lumayan jauh, balik ke candi, dan kami berdua lupa mana bagian depannya.Semua keliahatan sama. Keputusannya, saya dan Lana akhirnya jalan memutari bagian luar candi, sambil mengingat tanah lumayan lapang tempat kami turun tadi. Mau telpon, gak bisa karena kami belum ganti nomor lokal, dan pastinya gak ada wifi untuk sekedar mengirim WA. Kirim SMS pun gak sampe-sampe.
Setelah beberapa putaran, cari-carian kesana kemari, akhirnya ketemu juga suami dan Keano sedang menunggu di bawah pohon. Katanya sih nunggunya lama. Sementara saya dan Lana juga kecapekan jalan kaki. Ini tips juga nih, saat kita gak bisa mengandalkan hp untuk komunikasi ketika terpisah, pastikan menunggu di tempat awal waktu sama-sama datang tadi. Syaratnya, jangan sampe lupa juga di mana tempatnya hehehe…
Makanya jangan heran kalau foto di dalam candi kebanyakan foto Keano. Sebab saya dan Lana justru hampir bisa dibilang gak menjelajahinya. Cuma sebentar sebelum terpisah, kebelet pipis, dan drama cari-carian di bagian luar candi. Untung sebelum masuk tadi sempet foto-foto bersama. Lumayan lah ada dokumentasi, buat kenang-kenangan,
Bersambung…
Ta Prohm, Candi “The Tomb Raider”
*****