Camping with Kids: Indahnya Pagi di Gunung Prau
Camping with Kids kali ini adalah mengajak anak menikmati indahnya pagi di Gunung Prau. Keindahan inilah yang menjadi salah satu alasan gunung yang terletak di kawasan Dieng-Jawa Tengah ini didatangi banyak orang. Sebagai pencinta camping with kids, kami gak mau ketinggalan dong. Tapi sesungguhnya ini gak sekedar camping with kids, ini udah masuk hiking with kids hahaha.. Naik gunung loh anak-anak saya dan temen-temennya. Jalur pendakian ke Gunung Prau memang relatif bersahabat, baik untuk anak-anak maupun emak-emak yang seringnya malah jalan-jalan ke mall.
Sebagai bukti nih ya, kalau orang-orang beneran pengen banget menghabiskan suasana pagi di Prau. Liat aja foto kumpulan tenda di atas. Padeeeet cuuy… Kalau kita ngegosip udah pasti kedengeran sama penghuni tenda sebelah. Pasak dan tali temali saling bersliweran. Ini suasana camp di spot-spot favorit. Kalau gak mau desek-desekan kayak permukiman di gang ibukota, bisa buka tenda di savanna yang terhampar di mana-mana. Tinggal tunjuk aja!
Kelebihannya ngecamp di spot favorit, pas sunrise menjelang, udah tinggal buka resleting tenda keliatan deh matahari bergeliat siap nongol. Atau kalaupun padet banget karena ketutupan orang, keluar tenda sedikit tinggal cari spot lowong buat narok pantat atau kaki. Sementara buat kami yang camping di savanna, di camp Telaga Wurung, mesti jalan dulu sekitar 15 menitan menuju puncak bukit terdekat. Abis subuh langsung cuss. Naiknya gak curam-curam banget karena kontur perbukitan di Puncak Prau cenderung landai.
Dan yang namanya di gunung, pasar itu tercipta berkat jual beli terbitnya matahari dengan mata pendaki. The real “bahagia itu sederhana” keliatan di sini. Liat matahari aja udah seneng. Padahal jalannya berjam-jam, capek, pegel, demi melihat kemunculan sang surya yang prosesnya sebentar saja. Muka-muka puas pendaki kelihatan saat berhasil mengabadikan momen ini. Mau itu mataharinya yang dipotret, mau itu selfie, ataupun cuma sekedar menyimpan kenangan di hati.
Untungnya cuaca juga cerah. Sehari sebelumnya rombongan kami gagal melihat sunrise di Sikunir karena kabut pekat banget. Padahal udah bela-belain nginep malemnya di Telaga Cebong biar bisa cepet naik Sikunir. Semua terbayar akhirnya di Prau.
Serunya lagi, karena bukitnya banyak, kita bisa liat orang-orang di bukit lain memandang matahari yang sama. Kayak judul lagu indie gitu deh. Yang saya inget soal pagi di Prau, memang momen yang gembira.
Buat keluarga cihuy pastinya. Saya seneng banget bisa ngajak Lana dan Keano ke sini. Mereka liat sendiri kebesaran ciptaan Tuhan. Semesta yang begitu luas, keindahan alam yang jarang bisa kita temui sehari-hari. Sambil dicekokin juga sedikit-sedikit, kalau kita mesti sayangi alam ini. Jangan dirusak, jangan buang sampah sembarangan, kurangi pemakaian plastik, jangan pake tisu banyak-banyak, hemat kertas, lah jadi banyak hehehe.. Untungnya anak-anak paham sih, seenggaknya buat Lana yang udah cukup besar. Mereka gak pernah buang sampah sembarangan. Kalau mereka memproduksi sampah, segera dikasih ke saya. Dikira emaknya tukang sampah kali.
Udara segar pagi, berteman cahaya matahari, diatas hamparan ilalang, dikelilingi bukit dan pegunungan, apa yang lebih romantis dari ini? Setelah dikompori, pasangan orang tua Dzaky, temen Keano, kebawa suasana juga hahaha.. Setelah sesi pemotretan mesra ini, siapa tau Dzaky bakal punya adek lagi.
Sunrise selesai, lanjut foto bersama. Anak, orangtua, tante, sodara, dan tetangga, peserta rombongan ikut semua. Saya sampai lupa cerita di sini. Kami berangkat bersama keluarga temen-temen Keano dari Sekolah Alam Indonesia Studio Alam Depok. Keano saat kita ke sini masih kelas dua SD. Temen-temennya juga. Nah temennya ada yang ngajak kakak. Ada yang masih SD juga, ada yang udah SMP. Kakak temennya Keano ngajak temennya juga yang tentu saja anak SMP. (pusing? sama hehehe). Ada juga temen Keano yang ngajak tantenya, alias kakaknya ibunya. Ok cukup.
Sebenernya saya mau cerita. Yang istimewa ada adik-adik temennya Keano yang masih batita ikut pendakian ini. Umurnya sekitar dua tahunan saat itu. Jalan sendiri? ya enggak. Jalan sedikit lalu digendong ayahnya, gantian sama ibunya, lalu gantian sama ayah teman Keano yang lain. Jadi banyaklah di sini ayah ibunya hehehe..
Setelah cahaya matahari kelewat panas, baliklah kita ke basecamp. Anak-anak nunggu sarapan sambil main di atas hamparan padang rumput. Bebaaas… terserah deh mau lari-larian gak akan ada motor lewat. Yang penting camping demi menikmati indahnya pagi di Gunung Prau sukses lancar.
Mengingat bawa banyak anak kecil, kami memilih buka tenda di savanna. Lebih privat, gak terlalu rame sama pendaki lain. Selain demi kenyamanan kami dan anak-anak, kenyamanan pendaki lain juga terlindungi. Yang namanya anak-anak, kadang mereka rewel, nangis, ataupun malah pecicilan gak karuan.
Sementara anak-anak asik main, saatnya mamak foto-foto. Masih penasaran pengen jalan-jalan ke puncak bukit lain. Nodong suami buat ikut nemenin dan jadi tukang potret pastinya.
Dari salah satu bukit akhirnya keliatan landscape kawasan Dataran Tinggi Dieng. Cakep, tapi in my opinion banyak lahan hijau yang kelihatan habis untuk ladang. Bertani adalah mata pencarian utama sebagian besar masyarakat Dieng. Untuk menghasilkan sayur mayur yang lebih banyak membutuhkan lahan yang lebih luas. Dilema sih. Butuh pendekatan khusus supaya lahan hijau juga gak ikut dibabat. Tapi gak cuma itu menurut saya. Teknologi pertanian juga mesti lebih canggih. Gimana caranya dengan lahan yang ada tapi produksi bisa bertambah melimpah. Masalahnya teknologi masih lebih mahal di Indonesia. Lebih murah buka lahan yang ada di depan mata.
Key, cukup bicara beratnya. Sekarang mumpung masih bisa, kita nikmati keindahan alam ini. Yang penting jangan capek menyampaikan pesan lestari ke anak-anak kita. Kalau yang di bawah ini termasuk upaya lestari juga sih. Paling tidak menghindari pencemaran lingkungan dengan tidak buang hajat di sumber air sembarangan. Camping demi menikmati indahnya Gunung Prau menjadi pengalaman tak terlupakan bagi kami.
Kerenn
Bisa diulang ngajak anak naik gunung lagi hehehehe