Transit Maksimal di Kuala Lumpur: Twin Tower, Jalan Alor, dan Bukit Bintang
Yup, ini jalan-jalan transit namanya. Pulang dari Makau menuju Jakarta, sengaja cari jadwal pesawat yang transitnya lama di Kuala Lumpur, Malaysia. Selain harga tiketnya lebih murah (maklum yes, kami memang turis murahan hehehe), di Kuala Lumpur juga bisa jalan-jalan. Ini untungnya kelayapan di Asia Tenggara dan sekitarnya. Gak perlu pusing ngurus dan bayar visa.
Kalau transit sebelumnya waktu berangkat ke Hong Kong kami hanya di terminal bandara KLIA2, kali ini kami jadwalin buat ngelayap ke tengah kota KL. Jam setengah tiga sore kami tiba di Kuala Lumpur Internasional Airport (KLIA)-2. Namanya boleh Kuala Lumpur Airport, tapi sebenarnya bandara ini adanya di Sepang, negara bagian Selangor. Kalau nyontek referensi sana sini, Malaysia sendiri punya 13 negara bagian dan 3 wilayah persekutuan. Nah, Kuala Lumpur itu masuk salah satu wilayah persekutuan. Jadi, KLIA dan Kuala Lumpur itu ibarat Bandara Soekarno Hatta dan Jakarta.
Tujuan kami jalan-jalan di KL sudah jelas: KLCC & Twin Tower, Bukit Bintang, dan Jalan Alor. Dari pengalaman ke KL dan update browsing internet, menurut kami gak banyak tempat di KL yang bisa jadi lokasi “wajib dan perlu”. Memang hanya tiga tempat itu saja yang pengen diulang, dan dikenalin ke anak-anak.
Dari bandara kami langsung mencari bus ke Kuala Lumpur. Tujuannya, KL Sentral. Jaraknya lebih dari 55 kilometer dari KLIA. Untuk membeli tiket ada loket khusus. Setelah tiket di tangan, kami baru naik bus yang telah tersedia. Hujan besar mengiringi perjalanan. Meski lewat jalan tol, kami ketemu juga jalan macet. Hati mulai deg-degan. Sempet nggak ya jalan-jalan di KL nanti. Jangan-jangan pas sampai kami harus cepet-cepet balik ke bandara karena kemalaman. Pesawat kami jam 10 malam menuju Jakarta.
Hampir satu jam kemudian, kami tiba di KL Sentral. Tempat ini semacam pusat layanan transportasi terpadu. Ada stasiun kereta bawah tanah serta terminal bus. Menghubungkan berbagai tujuan dalam dan antar kota. Serta menyediakan pula shuttle khusus ke KLIA. Selain naik bus kayak kami tadi. Kereta cepat pulang pergi ke bandara juga ada.
Mengejar waktu, kami naik taksi ke KLCC, alias Kuala Lumpur City Centre. Di sanalah Twin Tower, menara kembar Petronas berdiri. Targetnya jelas. Numpang foto di depannya hahahaha… Yah kalau di Jakarta macam foto di Monas-lah. Di tengah gerimis, serta matahari yang mulai capek bersinar seharian, niat ini kesampean. Dulu banget, saya sih pernah foto-foto di sini. Sementara Herwin juga bukan baru pertama ke KL. Tapi, dulu kita perginya masing-masing. Belum berkeluarga. Baru kali inilah, jalan bareng ngajak anak-anak, menginjakkan kaki di ibu kota negeri jiran.
Di dalam KLCC ada pusat perbelanjaan. Kami masuk untuk numpang ke toilet. Jalan-jalan di mall sungguh bukan petualangan asik. Sebab isinya gak jauh beda sama mall di Jakarta. Tujuan kami selanjutnya adalah kawasan Bukit Bintang. Bermodal ingatan masa lalu, kamu memilih jalan kaki ke tempat yang banyak menjadi incaran para turis itu.
Kalau pernah denger orang bilang beda dulu beda sekarang, itu bener banget. Dulu, KLCC-Bukit Bintang, saya dan juga Herwin pulang pergi menyusuri trotoar pinggir jalan. Kini sudah ada yang namanya KLCC-Bukit Bintang Walkway. Siriklah saya sama Malaysia yang udah punya jalur pejalan kaki begini.
Dari pusat perbelanjaan KLCC, ada jalur bawah tanah yang terhubung langsung dengan walkway ini. Gak perlu keluar mall mencarinya. Tinggal ikuti petunjuk arah, atau tanya-tanya sama petugas yang cara ngomongnya mengingatkan Lana dan Keano dengan film Upin Ipin. Yess kiddos, ini tanah airnya Upin Ipin, yang bahasanya sering kalian tiru sehari-hari. Di luar gedung, KLCC-Bukit Bintang Walkway bentuknya semacam jembatan yang panjaaaaaaang banget. Total menghubungkan jarak sekitar 1,2 Kilometer.
Di beberapa tempat dilengkapi pendingin udara, sementara titik lain mengandalkan sirkulasi yang terbuka. Jalur ini menolong banget buat pejalan kaki. Kami terhindar dari hujan yang turunnya on off sore ini.
Sampai di Bukit Bintang, anak-anak kecapekan. Keano malah mulai menangis minta pulang. Itu kebiasaan si kecil memang. Begitu merasa gak nyaman, capek atau ngantuk langsung pingin pulang. Ini resiko yang harus dihadapi kalau traveling bawa anak-anak. Emak bapak mesti ekstra sabar. Gak semua keinginan bisa tercapai karena mesti kompromi dengan maunya mereka. Hari menjelang senja, hujan pula. Bukit Bintang crowded karena sebagian besar jalan sedang tahap rekonstruksi. Kami menghibur Keano dengan mampir ke toko es krim.
Selesai makan es krim, perjalanan lanjut. Dari awal trip, Herwin sudah bercita-cita mau makan malam di Jalan Alor. Target itu terlaksana. Hujan mulai reda, Jalan Alor yang terkenal dengan kuliner malam harinya mulai ramai. Jalanan masih basah di sana-sini. Tapi, sebagian besar gerai sudah membuka tempat makan mereka.
Jalan Alor mulai penuh pengunjung lepas maghrib. Kami sempat keliling-keliling memilih tempat mana yang mau disinggahi. Pertimbangan pertama adalah mencari tempat dengan menu halal. Setelah itu baru diseleksi lagi yang mana yang paling menggugah selera. Setelah dapat yang sesuai, langsung pesan makanan. Malam ini mau makan banyak dan enak. Ini malam terakhir liburan kami. Tanah air sudah menanti, begitu juga pekerjaan di kantor, dan anak-anak udah harus sekolah lagi.
Tom yum, kepiting saus BBQ, nasi goreng (ini makanan paling aman buat Keano hehehe), kwetiau goreng seafood, cah kailan, nasi lemak mampir di meja. Lana yang hobinya makan langsung sumringah. Apalagi selama di Makau, kami gak dapat makanan yang bener-bener cocok dan enak. Jadilah, kuliner Jalan Alor ini sebagai pelampiasan.
Lana seneng banget makan kepiting. Nggak sih, sebenernya dia seneng makan apa aja hehehe. Turunan Herwin yang cuma kenal makanan enak dan enak banget. Sementara Keano, karena umurnya yang juga lebih kecil, masih pilih-pilih. Paling aman menu buat Keano itu nasi telur dadar atau ceplok, atau nasi goreng. Itu yang biasa kami pesan di berbagai tempat makan kalau lagi jalan-jalan. Dan biasanya, meski gak ada di dalam menu, nasi telur pasti mereka sedia.
Alhamdulillah, perut kenyang. Jalan Alor semakin malam semakin ramai. Maklum, ini salah satu atraksi wisata utama di Kuala Lumpur. Konsepnya jualan street food. Mulai dari menu peranakan, Chinese food, masakan India, Melayu, aneka seafood, beragam jajanan, semua ada. Apalagi lokasinya bersebelahan dengan Bukit Bintang, kawasan turis yang penuh dengan cafe, hotel dan penginapan serta pusat belanja barang-barang branded. Tapi kami harus cepat kembali ke bandara, kalau gak mau ketinggalan pesawat. Puas gak puas, acara muter-muter di Kuala Lumpur mesti selesai.
Kami naik taksi dari Jalan Alor kembali ke KL Sentral. Jaraknya dekat kalau berkendara. Sopir taksi minta dibayar borongan gak mau pake argo. Yowis.. hajar aja. Gak mahal juga kok bayarnya. Yang penting sampai dulu. Dari KL Sentral, kali ini kami naik kereta ke bandara. Biar cepat, enak, tenang, gak mau ngambil risiko kena macet dan telat naik pesawat.
Ada 2 pilihan kereta. Pertama kereta komuter reguler, kedua KLIA Ekspres. Kami memilih yang Ekspres. Kereta ini gak berhenti di tiap stasiun kayak kereta reguler. Tiketnya memang lebih mahal. Tapi sebandinglah sama kecepatan dan pelayanannya. Tempat duduknya nyaman dan luas. Udah gitu gerbongnya juga bersih banget. Anak-anak juga seneng naik kereta ini. Informasi tentang KLIA Ekspres bisa langsung lihat di sini
Sekitar setengah jam kemudian, kami sampai bandara. Sebelum check in, kami ambil dulu bagasi yang sebelumnya kami titip. Ya, ini dia kuncinya kita bisa jalan-jalan enak, ketika transit. Luggage Storage.
Koper besar kami tinggal di sini. Penitipan buka 24 jam. Harga sewanya bisa liat di link ini
Jalan-jalan transit kami pun selesai. Sekitar 7 jam di Malaysia, perjalanan ke Twin Tower, menyusuri KLCC-Bukit Bintang Walkway dan makan puas di Jalan Alor menutup liburan kali ini.
*****
maaf mau nanya. dalam 6 jam bisa gk ya explore 3 tempat?
batu caves, kl city gallery dan menara kmbar petronas.
saya sebenernya transit 12 jam tp saya perkirakan hanya 6 jam wktu saya bs mengeksplore malaysia.