Pantai Kuta Lombok, Pantai Pasir Merica di Bumi Mandalika
Tak cuma Bali lho yang punya Pantai Kuta. Di Lombok juga ada. Uniknya, Pantai Kuta Lombok punya ciri khas pantai pasir berbentuk butiran merica. Beneran, mirip banget!. Kalau sejumput pasir ini diambil, lalu diletakkan di dapur, bisa-bisa langsung dipakai memasak karena disangka merica asli. Berjalan di pantai ini, kaki terasa njeblos-njeblos pasir lebih dalam. Butirannya kalau dipegang terasa enteng. Seperti bola berukuran mikro. Tiap butir ada ruang kosong didalamnya. Bagian luarnya adalah cangkang keras. Kalau dihaluskan, teksturnya seperti semen. Ajaib ya? Hebat banget memang yang menciptakannya.
Lombok dikenal sebagai Bumi Mandalika. Dari pulau ini legenda Putri Mandalika berasal. Soal legendanya, saya sudah cerita di postingan Pantai Seger, Tanjung Aan dan Bukit Merese. Satu hal yang bisa saya tambahkan di sini adalah, Pantai Kuta, Pantai Seger hingga Bukit Merese dan Tanjung Aan berada dalam satu proyek besar yakni Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika. Ini wilayah yang disiapkan sebagai kawasan wisata unggulan di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat. Luasnya sekitar seribu hektar.
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika sebenarnya sudah diresmikan Presiden Joko Widodo pada 20 Oktober 2017. Katanya nih, kawasan ini sudah dibangun selama 29 tahun. Lama banget prosesnya. Waktu kami ke sana tahun baruan 2018, pembangunan infrastruktur masih berjalan di sana sini. Terutama adalah akses jalan. Akses jalan ini ternyata juga menjadi cikal bakal sirkuit Mandalika yang akan digunakan untuk ajang balap MotoGP. Sirkuit Mandalika rencananya akan jadi sirkuit jalan raya. Artinya kalau nggak ada balapan, sirkuit bakal digunakan sebagai jalan raya biasa. Rencananya tahun 2021 launching. Tapi mengingat badai pandemi Corona di tahun 2020, nasib sirkuit kayaknya bakal jadi pertanyaan.
Di akhir pekan, banyak pengunjung yang datang rombongan. Ramai, tapi gak seramai Pantai Kuta Bali. Dari pusat kota Mataram, pantai ini memang agak jauh. Jaraknya sekitar 47 km. Naik kendaraan bisa sampai satu jam perjalanan. Bebas macet bonusnya. Kami sekeluarga ke sini naik mobil pribadi. Yah, namanya juga roadtrip. Mobil menjadi rumah kedua kami selama 10 hari roadtrip Jawa Bali Lombok pulang pergi. Tapi yang mau saya bilang, saya tak ingat ada angkot lewat sini. Pernah lihat saat Sabtu, ketika pengunjung ramai di kawasan parkir. Tak tahu persis apakah itu angkot reguler yang lewat, atau carteran.
Jalan menuju Pantai Kuta Lombok dari Mataram sudah bagus. Cuma waktu itu jalan di dalam kawasan masih banyak yang diperbaki. Sejumlah ruas ditutup. Tahun ini (2020) mestinya sih sudah beres perbaikan jalan yang menghadap pantai.
Warna pasir merica di Pantai Kuta Lombok coklat keemasan. Ombaknya tenang banget, malah nyaris nggak terasa. Berendam di pantai seperti di kolam renang tanpa arus. Waktu kami ke sana, cuaca sedang mendung. Sesekali rintik hujan turun. Tapi suasana ini malah bikin betah. Tak perlu terlalu takut bakal terbakal sinar matahari. Di dalam pikiran saya, asyik nih cuaca kayak gini gak bakal bikin gosong kulit. Tapi ternyata, setelah setengah harian berenang dan leyeh-leyeh, kulit legam juga jadinya hehehe..
Di kawasan pantai, kita bakal ketemu banyak ibu-ibu yang jualan kain. Bisa dibeli buat oleh-oleh. Harganya tak mahal. Seratus ribu rupiah bisa dapat 3 atau 4 kain yang berukuran lebar. Kain yang saya beli saya gunakan untuk taplak meja makan. Kualitas kainnya lumayanlah. Yang bagus itu adalah motif kainnya yang memang bernuansa etnik lombok. Ada juga kain tenun dibawa ibu-ibu ini. Tapi seperti kita semua tahu, harga kain tenun tidak murah saudara. Yang kualitasnya paling rendah sekalipun ada ratusan ribunya. Jadi kalau ingin mendapatkan jenis kain ini, silakan siapkan uang yang lebih banyak. Para perajin tenun sudah susah payah membuatnya.
Saya sih membayangkan kalau semua fasilitas di tempat ini sudah jadi, pasti bakal keren banget. Belum seratus persen selesai saja auranya sudah kelihatan. Di tepi pantai ada ruang terbuka publik yang asyik buat hangout. Taman bermain untuk anak sudah jadi, tersedia gratis untuk siapa saja. Berhadapan dengan pantai, ada banyak restoran, toko, dan penginapan. Posisinya hanya dibatasi jalan beraspal. Saya dan keluarga sengaja mencari penginapan di sini. Biar kalau ke pantai bisa langsung jalan kaki.
Selain nyemplung ke laut, apalagi yang bisa dilakukan di Pantai Kuta Lombok? Ya cobalah jalan-jalan berkeliling. Ada banyak sudut yang kece buat foto-foto. Bisa juga nongkrong di kafe depan pantai buat yang malas basah-basahan. Kalau mau irit, bawa bekal aja dan cari lapak buat piknik. Di atas pasir pun jadi. Tak semua pantai seperti Pantai Kuta Lombok, yang memiliki pantai dengan pasir seperti butiran merica. Kesempatan langka buat piknik di atasnya.
Paralel dengan jalan kendaraan, ada jalur pejalan kaki yang lebar di Pantai Kuta Lombok. Mestinya ya memang seperti ini. Diperbanyak akses buat pejalan kaki. Kantung parkir ada beberapa di sepanjang jalan meskipun kondisinya belum beres semua. Kalau menginap di hotel atau homestay depan pantai, ya lebih nikmat lagi. Bisa parkir sekalian. Tapi pastikan bahwa penginapan yang dipesan memang memiliki cukup tempat parkir. Sebab ada juga beberapa yang tidak menyediakannya.
Penginapan yang kami pilih waktu itu adalah Ladiva Shore. Berhadapan langsung dengan pantai. Penginapan ini punya kafe, dan fasilitas kolam renang kecil di dalamnya. Pemiliknya ramah banget. Ia menyambut kami langsung dan enak diajak ngobrol. Pembangunan jalan pantai di depan penginapannya waktu itu memang mengurangi kenyamanan. Tapi kalau sudah rampung semua, lokasi emas banget sih tempat ini. Pas buat mereka yang ingin puas berwisata di Pantai Kuta Lombok dengan pasir merica di bumi Mandalika.
Kalau saya sih inginnya penginapan kecil seperti Ladiva Shore tetap bertahan. Homy dan friendly. Dan yang penting lagi harganya terjangkau buat budget traveler seperti kami.Tapi impian ini kayaknya berat diwujudkan. Sebab di sepanjang jalan lahan kosong sudah dikapling-kapling dan diberi plang nama hotel besar berjaringan internasional.
Tonton juga di channel youtube ajakanak :
- Road Trip Jawa Bali Lombok 3100 KM | Biaya, BBM, Rute #1
- Road Trip Jawa Bali Lombok | Budget, BBM, Rute #2
Isssh belum pernah aku ngeliat pasir yg mirip butiran merica gini mba :). Kebayang kalo jalan di atasnya kaki rada geli2 :D.
Aku blm prnh ke Lombok. Pengeeeen tapi bukan Krn pantainya. Lebih ke makanan Lombok yg aku tau enak2 dan pedeees :D. Resto Lombok di JKT banyak yg jd favoritku sih. Makanya tujuan kalo ntr bisa ke Lombok , ya untuk kulineran :D. Palingan anak2 dan suami yg doyan banget pantai :D. Emaknya ngadem aja lah nyari tempat sejuk hahahaha
Haha.. kulineran juga mantep di Lombok. Nyari yang pedes-pedes udah paling bener karena di sini banyak banget makanan khas yang pedes. Selain ayam taliwang ada ayam rarang yang endeus.