Old Phuket Town Thailand
Kota Phuket, Thailand, terkenal dengan keindahan pantainya. Tapi kota ini gak cuma punya garis pantai yang kece. Coba deh sempetin main-main ke kawasan kota tuanya. Jaraknya sih lumayan dari kawasan pantai. Kalau dari Patong, naik tuk-tuk sekitar setengah jam sampai 45 menit perjalanan. Tapi begitu sampai, foto-foto yang dibawa pulang nanti dijamin gak bikin nyesel untuk dilihat-lihat. Ini kisah nyata lho, karena berasal dari pengalaman pribadi??
Nuansa kota tua yang bersejarah, dengan kesan megah dari kota berabad lalu, masih bisa dirasakan di sini. Old Town Phuket, jadi atraksi wisata berbeda yang ditawarkan Phuket.
Old Town Phuket dipenuhi bangunan-bangunan tua bergaya sino Portugis. Kawasan ini menjadi saksi pengaruh Eropa di Phuket sekitar abad 16 hingga 18. Kota ini mengundang kedatangan kaum kolonial karena kekayaan timah yang dimilikinya. Saat itu timah masih menjadi komoditi mahal. Sementara para pekerja tambangnya banyak datang dari Cina. Kala itulah bangunan-bangunan yang kini terpelihara cantik warna-warni, bermunculan.
Sebagian besar rumah-rumah kuno masih dihuni. Sebagian lagi ada yang menjadi penginapan, toko, butik, hingga resto apik. Meski begitu, perubahan fungsi hunian tak mengubah tema arsitektur bangunan. Senengnya pas ke sana, langit lagi cerah-cerahnya berwarna biru. Itu karena matahari kenceng bersinar. Bikin keringetan sih, tapi hasil foto jadi cakep.
Jalan-jalan di sini enaknya pagi, atau sore hari. Lebih enak lagi kalau sore hingga jelang malam, jadi dapat dua suasana. Tapi karena kami cuma punya waktu di siang jelang sore, lumayan lah… walaupun masih penasaran dengan suasana malam kota tua Phuket.
Di beberapa sudutnya, Old Town Phuket dihiasi mural. Pengunjung bisa beristirahat sejenak di spot-spot ini sambil foto-foto tentunya. Di era instagram kayak sekarang, keberadaan wisatawan yang gemar berselfie, membuat banyak tempat wisata menyediakan fasilitas narsis ini.
Menikmati kota tua Phuket paling pas adalah dengan berjalan kaki. Sebab kalau bawa mobil (rental) susah parkirnya. Sayang juga kalau menuh-menuhi sepotong tempat cantik ini dengan antrean kendaraan. Kendala bahasa dan aksara, membuat kami susah naik transportasi publik seperti bus di Phuket. Padahal mestinya naik angkutan masal itu ongkosnya lebih murah. Tapi, namanya juga pejalan, jangan pernah takut bepergian. Tuk-tuk dan taksi tetap gampang didapat kok. Harganya juga standar buat kantong orang Indonesia.
Sebagian ruas jalan di kota tua Phuket dibikin satu arah. Biar gampang dapat taksi atau tuk-tuk, kita mesti sedikit jalan keluar, menuju jalan yang lebih besar. Menyusuri trotoarnya tak menjadi kegiatan membosankan. Ada saja bangunan antik yang sedap dipandang.
Selain enak buat jalan-jalan dan lihat-lihat, di Old Town Phuket juga banyak cafe, resto atau warung kopi. Jadi kalau mau makan, atau minum sambil kongkow, tinggal pilih. Ada yang bertemakan kolonial, ada juga yang bernuansa Tiongkok, atau lokal Thailand.
Kami yang cuma punya waktu sempit –karena harus segera balik ke hotel di Patong, dan terbang ke Bangkok– memilih memuaskan mata saja, dan memanfaatkan arsitektur bangunan termasuk cafe-cafe buat ajang jeprat jepret. Menambah kenangan dalam wujud foto.
Menunggu di seberang jalan. Sementara di sebrang lainnya, lagi asyik foto-foto 🙂 |
Buat yang hobi foto, gak akan berasa waktu di sini. Ada saja yang menarik buat dibidik. Tapi karena ini jalan-jalan keluarga, family travelling istilah kerennya, jadi acara hunting fotonya otomatis kami batasin. Selain mepet waktu, Lana dan Keano juga sudah mulai capek jalan kaki, ditambah lagi hawanya yang memang sedang panas.
Oiya, untuk urusan toilet juga gak perlu khawatir. Karena toilet umum juga tersedia. Bersih. Ini juga fakta berdasarkan pengalaman pribadi. Karena toilet adalah tempat yang pertama dicari Lana begitu sampai ke sini. Yah namanya juga ngajak anak. Harus siap sama segala kelakuan dan keluhannya ?
Old Phuket Town, jadi salah satu contoh kota yang mempertahankan keaslian dan nilai-nilai sejarah kotanya. Seperti halnya kota-kota tua di negara manapun, selain mempunyai nilai plus untuk kota dan negaranya, kehadiran kota tua akan berimbas postif juga buat kunjungan pariwisata.
Gedung bersejarah, atau bangunan dengan aristekturnya yang khas, menjadi atraksi yang berbeda yang di tawarkan kota tua.
*****