China Town Bandung: Jalan-jajan di Kampung Tiongkok Ala Bandung
Ini tempat selfie sekaligus lokasi jajan yang paling baru di Bandung, Jawa Barat. Setidaknya pas kami ke sana 27 Agustus 2017, tempat ini belum sebulan beroperasi, dan baru diresmikan seminggu sebelumnya. Yang meresmikan gak tanggung-tanggung, langsung wali kota Bandung, Ridwan Kamil. Namanya Chinatown Bandung.
Chinatown Bandung berlokasi di Jalan Kelenteng, Andir. Sudah sejak lama kawasan ini dikenal sebagai permukiman warga keturunan Tionghoa. Sampai sekarang pun masih. Tapi kita kan gak bisa ujug-ujung dateng ke rumah-rumah warga, untuk tanya-tanya soal budaya Cina. Terutama, soal sejarah keberadaan pendatang Tionghoa di kota kembang. Karena itulah, tempat wisata bernuansa Cina ini dibuka.
Cara ke Chinatown Bandung gampang banget. Karena lokasinya memang di tengah kota. Kalau dari Alun-alun Bandung atau jalan Asia Afrika, gak sampai sekitar 2 km dan sekitar 10 menit berkendara, kita sudah sampai di Chinatown. Tinggal lurus ke Jl. Jenderal Sudirman, dan sekali belok kanan ke Jl. Kelenteng. Mungkin yang agak jadi pe-er, adalah cari parkirnya. Waktu itu kami parkir di pinggir jalan, cari di jalanan sekitar-sekitar situ.
Masuk lokasi, pengunjung mesti beli tiket 20 ribu perorang. Harga ini berlaku untuk hari Jumat, Sabtu dan Minggu. Sementara untuk Senin sampai kamis, bayarnya cuma 10 ribu rupiah aja. Selain dapat tiket, usai membayar pengunjung juga dapet kue untuk suvenir. Sayangnya suvenir ini gak tahan lama karena keburu dimakan Lana dan Keano?
Melewati pintu masuk, kita langsung disambut oleh kehadiran Bandung China Town Museum di sebelah kiri. Ukuran ruangannya sih gak besar, sekitar 5 x 5 meter kurang lebih. Tapi apa yang ada di dalam museum cukup bikin tersenyum. Berbagai perkakas lawas menjadi koleksinya. Mulai dari rantang, timbangan, mesin jahit, setrika besi, lampu petromaks, aneka piring dan gelas, sampe panci burik. Barang-barang ini mengingatkan saya pada masa kecil, saat nenek masih hidup, dan memiliki perabotan ini semua di rumahnya.
Selain itu, salah satu koleksi yang paling epic, menurut saya, adalah seri novel Kho Ping Ho. Kalau ini saya tau, cuma gak pernah baca. Sementara soal sejarah kedatangan bangsa Cina di Bandung juga ada tertempel di dindingnya.
Semua spot di sini lucu buat foto-foto. Karena itu pastikan memori kamera gak penuh. Harus sabar juga buat mengeksplor lebih dalam. Kadang-kadang (sering sih sebenarnya) kita harus antre karena pengunjung depan kita sibuk mengabadikan gambar.
Sentuhan artistik bernuansa oriental di setiap sudut kawasan Chinatown, memang bikin orang rajin ngeluarin kamera. Booth-booth makanan juga gak sedikit mendekor ruangannya dan menyiapkan latar yang menark buat foto. Kalao kata anak sekarang mah, instagramable atau instagenic lah pokoknya.
Selain booth makanan, ada juga sejumlah toko suvenir dan butik. Suvenirnya bagus-bagus. Butiknya sebagian ada yang jual batik dan baju etnik, ada juga yang jual baju khas Cina. Untuk yang terakhir, kalau gak mau beli bajunya, juga bisa sewa biar matching jalan-jalannya. Dan supaya ada kenang-kenangannya, jangan cuma dipake bajunya. Sekaligus deh difotoin sama fotografer profesional yang mangkal di sini. Nanti pulang-pulang udah punya tuh stok foto kalender yang ciamik ?
Jasa foto kostum ini tersedia mulai buat anak-anak, hingga dewasa sampai opa oma.
Di Chinatown ini juga ada beberapa spot yang menggambarkan bagian-bagian rumah warga etnis Tionghoa. Kayak ruang tamu dan ruang keluarga yang dipenuhi ornamen khas negeri tirai bambu. Ini juga mengingatkan saya pada rumah teman-teman keturunan Cina yang pernah saya datengi. Gak semuanya sih. Sebagian teman Cina yang lain juga udah nggak kaya gini dekor rumahnya. Ya wajar aja, karena bagian rumah yang ditampilkan di sini adalah dekorasi tempo dulu. Duduk-duduk di ruangan ini, berasa masuk film-film Jackie Chan masa lalu.
Sayangnya, pas kami ke sini, perut masih kenyang karena baru aja makan. Jadi gak muat untuk nyobain menu-menu yang tersedia. Cuma minum aja yang kami beli di sini. Tapi.. itu juga bukan minuman khas Cina, melainkan teh ala Thailand yang lagi ngehits di mana-mana, dengan berbagai merk dan rupa? .
Tapi biar begitu, menikmati malam di sini gak nyesel lah. Suasananya cakep ditemani gemerlap lampu dan lampion. Tempat ini buka dari jam 12 siang sampai jam 12 malam. Jadi cocok buat yang cari makan siang, ngemil cantik sore-sore, sampe dinner romantis gitu.
Di dalam kawasan Chinatown, selain kece buat foto dan selfie, jajanan makan minum memang jadi salah satu jualan utamanya. Mulai dari jajanan tempo dulu, jajanan khas Cina, jajanan tradisional, sampe jajanan masa kini. Dan meski nama tempat Chinatown, pengunjung beragama Islam gak perlu takut makan di sini, karena semua makanannya halal. B1, B2, sampe B29 gak ada di sini.
Buat yang bawa anak kecil juga gak perlu takut si bocah rewel. Ada playland di bagian belakang untuk mereka. Ada juga booth-booth yang menggelar aneka permainan ketangkasan. Yang mesti diingat, semua transaksi di sini cashless. Buat yang udah punya kartu BCA, debit maupun kredit tinggal gesek aja. Yang belum punya, bisa beli kartu Flazz di tempat beli tiket masuk. Saya nggak tau, untuk kartu dari bank lain. Tapi kalau gerai-gerai tempat saya transaksi, macam permainan mancing ikan dan es teh Thailand, cuma terima kartu BCA.
Nah, kalau udah capek keliling dan main, kita bisa duduk santai di depan panggung pertunjukan. Waktu keluarga kami datang, panggung diisi kelompok musik yang memainkan lagu-lagu Cina dengan instrumen angklung dan kolintang.
Buat yang beginian–kreatif, tempat jalan-jalan, dan kuliner–Bandung emang jagonya. Bandung emang paling bisa cari celah dan memanfaatkan peluang bisnis. Seperti gak pernah habis, lokasi-lokasi menarik di Bandung terus bermunculan. Pertanyaannya, akan kuat berapa lama Chinatown Bandung ini? Karena bagi yang sudah datang dan nyobain, apa masih akan balik lagi ke sini? Ditunggu kreatifitas-kreatifitas berikutnya…
*****